Tiga belas tahun setelah konfik Suriah dimulai, masih banyak penderitaan yang dialami jutaan warga Suriah di seluruh negara itu. Bagi penduduk di wilayah timur laut yang mayoritas penduduknya suku Kurdi, satu kecemasan melebihi segalanya, yaitu apakah negara tetangga, Turki, akan melakukan invasi darat lagi, yang bisa mengakhiri wilayah semiotonom mereka, yang dibentuk setelah perang saudara.
“Orang-orang di sini telah terbiasa kekurangan air dan listrik, kekurangan pelayanan dasar dan prasarana yang buruk, namun satu hal yang paling tidak mereka sukai adalah operasi militer Turki di wilayah mereka”, kata Mahir Qerno, editor senior di Arta FM, sebuah stasiun radio setempat yang mengudara dalam bahasa Kurdi, Arab dan Suriah.
Kantor pusat Arta FM terletak di kota Amuda, sekitar dua kilometer dari perbatasan Turki. Amuda adalah satu dari banyak kota di perbatasan Suriah, yang berada di bawah pengawasan Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang didukung AS.
BACA JUGA: China Kutuk Serangan Israel terhadap Fasilitas Diplomatik Iran di SuriahSDF menjadi mitra utama AS dalam perang melawan kelompok teror ISIS. Aliansi militer yang dipimpin Kurdi dipandang oleh Turki sebagai perpanjangan tangan dari Partai Pekerja Kurdistan (PKK). Partai ini adalah kelompok pemberontak yang selama ini memperjuangkan hak-hak suku Kurdi yang lebih besar di Turki. Baik Ankara maupun Washington menganggap PKK sebagai organisasi teroris, namun AS membedakan dengan jelas antara SDF dan PKK.
Dalam beberapa tahun terakhir, militer Turki telah melakukan beberapa serangan di Suriah utara, mengusir pasukan Kurdi dari daerah-daerah seperti Afrin, Ras al-Ayn dan Tel Abyad. Dan para pemimpin Turki mengancam akan melancarkan invasi darat lagi di Suriah timur laut.
Kemitraan AS-Kurdi di Suriah berperan dalam mengalahkan apa yang disebut kekhalifahan ISIS.
Para pejabat Kurdi mengatakan, kemitraan yang erat selama hampir 10 tahun telah menimbulkan kepercayaan antara Amerika dan pasukan Kurdi. [ps/ka]