Sejumlah pesawat tanpa awak atau drone milik Rusia kembali menyerang dan merusak pelabuhan dan fasilitas penyimpanan gandum di bagian selatan wilayah Odesa, Ukraina, pada Rabu (2/8) dini hari. Serangan tersebut mengakibatkan fasilitas-fasilitas tersebut terbakar, demikian disampaikan sejumlah pejabat Ukraina.
Tidak ada laporan tentang korban jiwa, Gubernur Odesa Oleh Kiper menulis dalam sebuah unggahan di aplikasi pesan Telegram, tanpa memberikan informasi terkait lokasi pasti serangan itu.
"Sayangnya, ada kerusakan," kata Presiden Volodymyr Zelenskyy di Telegram.
"Yang paling signifikan ada di selatan negara itu. Teroris Rusia sekali lagi menyerang pelabuhan, biji-bijian, ketahanan pangan global,” tukasnya.
"Musuh... mencoba untuk menghancurkan biji-bijian Ukraina, menyerang infrastruktur industri dan pelabuhan. Sayangnya, ada serangan, sayangnya silo rusak, dan kebakaran terjadi di lokasi," ujar Serhiy Bratchuk, juru bicara Tentara Relawan Ukraina Selatan dalam sebuah pernyataan yang disampaikan dalam platform video.
"Rusia berusaha mengeluarkan Ukraina dari perjanjian gandum di masa depan dan yang lebih penting, secara strategis menggusur negara kami dari pasar makanan global," ujar pejabat tersebut.
Media Ukraina melaporkan pesawat tak berawak itu melintasi Laut Hitam dan bergerak menuju Izmail, pelabuhan utama di Delta Danube dari mana biji-bijian Ukraina dibawa dengan tongkang ke Pelabuhan Constanta di Laut Hitam Rumania untuk pengiriman selanjutnya.
Pelabuhan sungai Danube Ukraina menjadi jalur vital bagi ekspor biji-bijian Ukraina setelah Rusia memutuskan secara sepihak kesepakatan biji-bijian Laut Hitam pada pertengahan Juli.
Petugas layanan darurat bekerja di lokasi bangunan yang hancur setelah serangan Rusia di Odesa, Ukraina, Kamis, 20 Juli 2023. Rusia menggempur kota-kota selatan Ukraina, termasuk kota pelabuhan Odesa, dengan drone dan rudal selama tiga malam berturut-turut. telah menghancurkan beberapa infrastruktur ekspor biji-bijian penting negara itu. (Foto: AP)
Kesepakatan itu, yang ditengahi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Turki pada tahun lalu, memungkinkan Ukraina untuk tetap melakukan ekspor melalui pelabuhan laut dalam di Laut Hitam untuk meredakan krisis pangan global.
Rusia mundur dari kesepakatan biji-bijian pada 17 Juli. Moskow mengeluhkan sanksi atas ekspor biji-bijian dan pupuknya sendiri belum dicabut, dan memperingatkan bahwa kapal yang menuju ke pelabuhan Ukraina dapat dianggap Rusia sebagai sasaran militer.
Dihentikannya kesepakatan itu menyebakan ekspor biji-bijian Ukraina pada Juli turun 40 persen dari Juni, kata para analis pada Selasa (1/8).
Ancaman pengiriman di pelabuhan pesisir memaksa Ukraina menyalurkan lebih banyak pengiriman biji-bijian melalui pelabuhan Sungai Danube, yang telah menangani setidaknya seperempat dari semua ekspor sebelum perjanjian Laut Hitam berakhir.
Pada akhir Juli, drone-drone Rusia menargetkan Izmail, menghancurkan gudang biji-bijian. Dan pada Minggu (31/7), media Ukraina melaporkan tibanya beberapa kapal kargo asing dari Laut Hitam di pelabuhan untuk pertama kalinya sejak berakhirnya kesepakatan biji-bijian tersebut. [ah/rs]