Seorang politisi lokal di Ekuador tewas dibunuh pada Senin (14/8), kata pejabat partai. Insiden pembunuhan itu terjadi kurang dari seminggu setelah salah satu calon presiden unggulan di negara itu ditembak mati usai menghadiri kampanye, menjelang pemilu yang akan diselenggarakan pada akhir pekan ini.
Pedro Briones, anggota Partai Revolusi Rakyat pimpinan mantan Presiden Rafael Correa yang juga pemimpin pergerakan di Provinsi Esmeraldas, yang berbatasan dengan Kolombia, ditembak mati sejumlah pria bersenjata tak dikenal.
“Solidaritas saya dengan keluarga saudara Pedro Briones, korban kekerasan baru,” kata Luisa Gonzales, salah satu capres, di platform X, yang sebelumnya dikenal dengan nama Twitter.
“Ekuador sedang melalui masa paling berdarah,” kata Gonzales, mantan rekan dekat Correa. Ia menyebut pemerintah saat ini tidak kompeten dan mengatakan bahwa negara itu telah diambil alih oleh geng-geng kejahatan terorganisasi.
BACA JUGA: Partai Capres Ekuador yang Dibunuh Pilih PenggantiCorrea juga mengungkapkan rasa duka citanya di media sosial: “Mereka membunuh rekan kami yang lain di Esmeraldas. Cukup sudah!”
Baik polisi maupun pemerintah tidak segera mengonfirmasi serangan itu. Namun, media Ekuador, dengan mengutip sumber kepolisian setempat, menyatakan bahwa korban ditembak di rumahnya di Kota San Mateo oleh dua pria yang menumpangi sepeda motor, yang kemudian melarikan diri.
Pembunuhan itu terjadi kurang dari seminggu setelah pembunuhan Fernando Villavicencio, salah satu capres favorit yang berhaluan tengah, di Ibu Kota Quito pada 9 Agustus lalu.
Jurnalis berusia 59 tahun itu berjuang melawan korupsi dan berada di posisi kedua dalam jajak pendapat ketika ia ditembak mati setelah berkampanye.
BACA JUGA: Presiden Ekuador Nyatakan Kondisi Darurat pasca Pembunuhan Capres AntikorupsiSalah satu pencapaiannya sebagai wartawan yaitu menyebabkan mantan presiden Correa, yang menjabat pada 2007-2017, diadili akibat liputan investigasinya.
Correa, yang kini tinggal di Belgia, divonis secara in absentia, atau tidak hadir di pengadilan, dengan hukuman penjara selama delapan tahun dalam kasusnya.
Sebagian besar wilayah Ekuador berada dalam kondisi darurat dan Presiden Guillermo Lasso menyalahkan pelaku kejahatan terorganisasi atas pembunuhan Villavicencio.
Enam warga Kolombia ditangkap dalam penyelidikan pembunuhan tersebut dan satu lainnya tewas tak lama setelah serangan tersebut oleh pengawal mendiang capres tersebut. [rd/ft]