Laporan Inspektur Jenderal Departemen Kehakiman Michael Horowitz yang dirilis pada Kamis (12/12) menyatakan Biro Investigasi Federal AS (FBI) seharusnya melakukan lebih banyak hal untuk mengumpulkan informasi intelijen sebelum terjadinya kerusuhan di Capitol.
Laporan itu juga menegaskan bahwa tidak ada agen FBI yang menyamar di tempat kejadian pada 6 Januari 2021, dan tidak ada informan dari biro tersebut yang diberi wewenang untuk berpartisipasi.
Laporan terbaru itu membantah teori konspirasi pinggiran yang disampaikan beberapa anggota Partai Republik di Kongres bahwa FBI berperan dalam memicu peristiwa 6 Januari 2021, ketika para perusuh yang bertekad untuk membatalkan kekalahan Partai Republik dalam pemilu 2020 dari calon Partai Demokrat, Joe Biden menyerbu gedung itu dan terlibat bentrokan dengan polisi.
Kajian yang dirilis hampir empat tahun setelah babak kelam dalam sejarah yang mengguncang fondasi demokrasi Amerika tersebut memiliki ruang lingkup yang sempit, namun bertujuan untuk menjelaskan pertanyaan-pertanyaan yang telah mendominasi wacana publik, termasuk apakah ada kegagalan intelijen sebelum kerusuhan itu, dan apakah FBI – dengan cara apa pun – telah memprovokasi kekerasan tersebut. Ini adalah investigasi besar terbaru tentang hari yang tidak seperti hari lainnya dalam sejarah AS, yang telah memicu penyelidikan Kongres, dan sekaligus dakwaan federal dan negara bagian.
BACA JUGA: Biden Berikan Grasi kepada Hampir 1.500 Orang, Terbesar dalam SehariLaporan itu memberikan penilaian yang beragam terhadap kinerja FBI menjelang kerusuhan. Laporan itu memuji FBI karena telah mempersiapkan diri untuk kemungkinan terjadinya aksi kekerasan dan mencoba mengidentifikasi “subjek terorisme domestik” yang berencana datang ke ibu kota pada hari itu.
Namun laporan itu juga mengatakan bahwa FBI – dalam sebuah tindakan yang digambarkan oleh mantan wakil direkturnya sebagai “langkah dasar yang terlewatkan” – gagal mengumpulkan informasi dari 56 kantor lapangannya untuk mendapatkan intelijen yang relevan. Padahal ini adalah langkah, yang menurut laporan itu, “dapat membantu persiapan FBI dan mitra penegak hukumnya sebelum tanggal 6 Januari.”
Selain itu, Inspektur Jenderal Departemen Kehakiman Michael Horowitz menemukan bahwa 26 informan FBI berada di Washington DC dalam aksi protes terkait pemilu pada 6 Januari, dan meskipun empat di antaranya memasuki Kongres selama terjadinya kerusuhan, tidak ada yang diberi wewenang oleh biro itu, atau melanggar hukum, atau mendorong orang lain untuk melakukan pelanggaran hukum.
Sebagian besar dari 26 informan memberikan informasi kepada FBI sebelum kerusuhan, tetapi informasi tersebut “tidak lebih spesifik dari, dan konsisten dengan, sumber informasi lain” yang telah diperoleh FBI dari sumber-sumber lain.
BACA JUGA: Gedung Putih: Tidak Ada Bukti Penampakan Drone Timbulkan Ancaman Keamanan NasionalDalam sebuah surat yang menanggapi laporan tersebut, FBI mengatakan menerima rekomendasi dari Inspektur Jenderal “terkait potensi perbaikan proses untuk kejadian-kejadian di masa depan.”
Kajian panjang itu diluncurkan beberapa hari setelah kerusuhan 6 Januari 2021, ketika FBI menghadapi pertanyaan tentang apakah mereka telah melewatkan tanda-tanda peringatan atau telah menyebarkan informasi intelijen yang diterimanya secara memadai, termasuk buletin pada 5 Januari 2021 yang disiapkan oleh kantor lapangan FBI di Norfolk, Virginia, yang memperingatkan tentang potensi “perang” di Capitol. Inspektur jenderal menemukan bahwa informasi dalam buletin tersebut disebarkan secara luas.
Direktur FBI Chris Wray, yang pekan ini mengumumkan rencananya untuk mengundurkan diri pada akhir masa jabatan Presiden Joe Biden pada Januari mendatang, telah membela lembaganya yang menyerahkan laporan intelijen tersebut.
Wray pada 2021 mengatakan kepada anggota-anggota Kongres bahwa laporan itu disebarluaskan melalui gugus tugas terorisme gabungan, dibahas di pos komando di Washington dan diposting di portal internet yang tersedia untuk lembaga penegak hukum lainnya. [em/ns]