Partai Demokrat di Kongres pada Jumat (30/12) merilis ribuan halaman laporan pajak mantan Presiden Donald Trump, memberikan gambaran paling rinci hingga saat ini tentang keuangan Trump selama periode enam tahun terakhir ini, termasuk saat menjabat di Gedung Putih ketika ia berjuang keras merahasiakan laporan pajaknya, mematahkan preseden selama puluhan tahun.
Dokumen laporan pajak itu mencakup pengembalian individu dari Trump dan istrinya, Melania, bersama dengan entitas bisnis Trump dari tahun 2015 hingga 2020. Laporan itu menunjukkan bagaimana Trump menggunakan kode-kode pajak tertentu untuk menurunkan kewajiban pajaknya. Laporan itu juga mengungkapkan rincian tentang rekening-rekening di luar Amerika, kontribusi amal dan kinerja di beberapa usaha bisnisnya yang paling terkenal, yang sebagian besar tetap terlindungi dari kecaman publik.
Pengungkapan itu menandai puncak pertarungan hukum selama bertahun-tahun, mulai dari kampanye presiden hingga ke Kongres dan Mahkamah Agung. Hal ini dikarenakan Trump terus menerus menolak upaya untuk berbagi rincian tentang sejarah keuangannya, yang bertentangan dengan praktik transparansi yang diikuti semua pendahulunya di era pasca-Watergate. Rilis catatan danya datang beberapa hari sebelum Partai Republik merebut kembali kendali di DPR dan beberapa minggu sebelum Trump mengumumkan pencalonannya lagi untuk duduk di Gedung Putih.
Dokumen itu menunjukkan bagaimana Trump membatasi kewajiban pajaknya dengan mengimbangi pendapatannya terhadap kerugian perusahaan serta jutaan dolar untuk pengeluaran bisnis, depresiasi aset, dan pengurangan lainnya.
Meskipun Trump membayar pajak pendatan federal sebesar $641.931 pada 2015, tahun ketika ia memulai kampanye menjadi presiden, tetapi ia hanya membayar $750 pada 2016 dan 2017. Hal ini terungkap dalam laporan yang dikeluarkan Joint Committee on Taxation yang bipartisan. Trump membayar hampir $1 juta pada 2018, tetapi hanya $133.445 pada tahun 2019, dan tidak membayar sepeser pun pada tahun 2020 – tahun di mana ia gagal mencalonkan diri untuk menjabat kembali sebagai presiden.
Dokumen itu juga merinci kepemilikan sejumlah rekening di luar Amerika. Menurut dokumen itu, Trump dilaporkan memiliki rekening bank di China, Irlandia dan Inggris dari tahun 2015 hingga 2017, bahkan saat ia menjadi panglima tertinggi Angkatan Bersenjata. Namun, mulai 2018 ia tidak lagi hanya melaporkan sebuah rekening di Inggris. Laporan pajak itu juga menunjukkan bahwa Trump mengklaim pajak asing kredit pajak asing yang telah dibayarkannya untuk berbagai usaha bisnis di dunia, termasuk pengaturan lisensi untuk penggunaan namanya pada berbagai proyek pembangunan dan lapangan-lapangan golf miliknya di Skotlandia dan Irlandia.
BACA JUGA: Laporan Pajak Trump Akhirnya Dirilis setelah Pertikaian Lama dengan KongresSelama beberapa tahun, Trump tampaknya membayar lebih banyak pajak di luar Amerika, dibanding membayar pajak pendapatan federal Amerika. Ia dilaporkan membayar pajak antara lain di Azerbaijan, China, India, Indonesia, Panama, Filipina, St. Martin, Turki dan Uni Emirat Arab.
Dokumen-dokumen itu juga menunjukkan bahwa sumbangan amal Trump seringkali hanya mewakili sebagian kecil pendapatannya. Pada 2020, tahun ketika virus corona meluluhlantakkan perekonomian, Trump melaporkan tidak memberi sumbangan amal sama sekali. Tahun 2019 dan 2018 ia melaporkan menulis cek bernilai sekitar $500 ribu untuk amal. Pada tahun-tahun sebelumnya jumlahnya bahkan lebih besar, yaitu $1,8 juta pada 2017 dan $1,1 juta pada 2016.
Belum jelas apakah laporan itu mencakup gaji tahunannya sebagai presiden sebesar $400 ribu. Dalam kampanye sebagai kandidat calon presiden, Trump mengatakan akan melupakan gaji itu dan menyumbangkannya kepada berbagai badan federal.
BACA JUGA: Organisasi Trump Dinyatakan Bersalah dalam Kasus Penggelapan PajakJeff Hoopes, pakar keuangan di Kenan-Flagler Business School di University of North Carolina, menggambarkan laporan pajak Trump sebagai “besar dan rumit” dengan “ratusan entitas yang tersebar di seluruh dunia.” Ditambahkannya, banyak entitas itu yang sebenarnya kurang menguntungkan, dan digambarkannya sebagai “cukup ajaib untuk sebuah kode pajak.” “Sulit untuk mengetahui apakah seseorang benar-benar pebisnis yang buruk, atau perencanaan pajak yang luar biasa baik, karena keduanya tampaknya seperti hal yang sama,” ujarnya.
Daniel Shaviro, pakar pajak di New York University, mengutik kerugian sangat besar dari begitu banyak bisnis Trump, meskipun tingkat penjualan atau kinerjanya seringkali baik; sesuatu yang seharusnya menimbulkan kecurigaan dari para auditor. “Ada hal-hal yang tampak mecurigakan disini,” ujarnya.
Shaviro juga merujuk pada contoh-contoh matematika ceroboh atau mencurigakan dalam bisnis yang lebih kecil, seperti perusahaan penerbangan “DT Endeavour I LLC” yang pada 2020 melaporkan penjualan dan pengeluaran sebesar $160.144. Pencocokan persis seperti itu tidak biasa, ujr Shaviro. Formulir itu juga melaporkan kerugian hingga $18.293.
“Laporan pajak itu tidak mengatakan ‘coba tebak apakah saya melakukan penipuan,” ujar Shaviro seraya menambahkan “tetapi ada isyarat demikian.”
BACA JUGA: Tim Hukum Trump Temukan Dua Dokumen Rahasia Lagi di KediamannyaDirilisnya laporan pajak itu menandai kemunduran besar bagi Trump, yang telah terperosok dalam beberapa penyelidikan, termasuk penyelidikan federal dan negara bagian terhadap upayanya membatalkan sertifikasi Pemilu 2020. Departemen Kehakiman juga telah menyelidiki tumpukan dokumen rahasia yang ditemukan di Mar-a-Lago miliknya, dan potensi upaya menghalang-halangi penyelidikan.
Dalam sebuah pernyataan pada Jumat (30/12) Trump mengecam Partai Demokrat dan Mahkah Agung atas pembebasan tersebut. “Ini akan menimbulkan hal-hal mengerikan bagi begitu banyak orang,” ujarnya seraya menambahkan “Demokrat kiri radikal telah mempersenjatai segalanya, tapi ingat ini adalah jalan dua arah yang berbahaya.”
Trump mengatakan laporan pajak itu menunjukkan “betapa bangganya saya telah sukses dan bagaimana saya dapat menggunakan depresiasi dan berbagai potongan pajak lainnya” untuk membangun bisnisnya. Laporan pajak itu dirilis oleh House Ways and Means Committee, yang melangsungkan pemungutan suara garis partai minggu lalu untuk mengumumkan pengembalian tersebut setelah bertahun-tahun terjadinya perselisihan.
Laporan itu menunjukkan bagaimana Trump menggunakan UU Perpajakan untuk meminimalkan tanggung jawabnya, termasuk menanggung kerugian besar dari tahun-tahun sebelumnya.
Dalam kampanye pencalonannya sebagai calon presiden, pada tahun 2016, Trump pernah sesumbar mengatakan dengan hanya membayar sedikit atau tidak membayar sama sekali,” ujar Trump, yang menyebut dirinya sendiri sebagai sosok yang “pintar.” [em/ah]