Sebuah lembaga riset Amerika mengatakan telah mengidentifikasi sedikitnya 13 lokasi rudal balistik Korea Utara yang tidak diumumkan. Seperti dilaporkan oleh Bill Gallo dari VOA, temuan itu merupakan tanda terbaru bahwa upaya Amerika untuk membuat Korea Utara menyerahkan senjata nuklirnya telah macet.
Setelah pertemuan puncak presiden Amerika Donald Trump dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un pada bulan Juni, Presiden Trump mengatakan ia mengharapkan Kim Jong Un segera mulai meninggalkan senjata nuklirnya.
Kepada para wartawan, ketika berbicara di Singapura Juni lalu, Presiden Trunmp mengatakan, “Ketika dia mendarat, yang akan segera terjadi, saya pikir dia akan segera memulai proses itu.”
Lima bulan kemudian, Kim tidak hanya gagal memulai proses itu dengan sungguh-sungguh, tetapi bahkan ada banyak bukti bahwa dia terus membangun lebih banyak senjata.
Pada hari Senin (12/11), Center for Strategic and International Studies (Pusat Studi Strategis dan Internasional, CSIS), sebuah lembaga penelitian bergengsi di Washington, D.C., mengatakan telah mengidentifikasi sedikitnya 13 pangkalan operasi rudal Korea Utara yang tidak diumumkan, termasuk salah satunya di dekat zona demiliterisasi.
Dr. Joseph Bermudez dari CSIS mengatakan, “Korea Utara telah menginvestasikan banyak waktu, uang dan sumber daya ke dalam kekuatan rudal balistiknya, yang disebut sebagai kekuatan strategis. Negara itu percaya bahwa cara demikian mungkin merupakan pengelak terbesar untuk mencegah invasi pada kemudian hari oleh Korea Selatan atau Amerika Serikat.”
Sejak pertemuan puncak Trump-Kim, belum ada terobosan nuklir, meskipun ada keberhasilan dalam diplomasi di sana sini.
Korea Utara menindaklanjuti janji untuk membongkar bagian-bagian penting sebuah tempat uji coba rudal, dan hubungan antara Korea Utara dan Korea Selatan terus meningkat dengan baik.
Namun tidak mengherankan bagi banyak analis jika Korea Utara tidak meninggalkan program rudal balistiknya. Diplomat Amerika, Mintaro Oba, berpendapat, “Sebagian besar kita telah ketahui. Kita tentu sudah tahu bahwa Korea Utara berniat melanjutkan program rudalnya, dan bahwa sebenarnya tidak ada komitmen nyata antara Amerika Serikat dan Korea Utara untuk mengakhirinya.”
Meskipun tidak ada kemajuan, Presiden Trump tetap optimistis di depan publik. Dia menyatakan, “Kami sangat gembira dengan keadaan hubungan dengan Korea Utara. Kami kira hubungan itu baik-baik saja. Kami tidak terburu-buru.”
Presiden Trump telah mengatakan dia menginginkan pertemuan kedua dengan Kim Jong-un.
Namun, rencana itu terganjal minggu lalu, ketika pertemuan antara Pompeo dan seorang pemimpin senior Korea Utara dibatalkan pada menit-menit terakhir, tanpa adanya alasan yang jelas.
Sementara itu, Joseph Bermudez dari CSIS dan salah seorang penyusun laporan itu mengatakan temuan itu patut mendapat perhatian.
Dia mengatakan, “Saya berpendapat bahwa ancaman dasar rudal Korea Utara serta ancaman nuklirnya yang menggunakan rudal balistik sebagai sistem pengirimannya masih sangat signifikan dan tidak berubah dalam sepuluh tahun terakhir.”
Laporan itu menyatakan bahwa pangkalan-pangkalan militer Korea Utara, yang dapat digunakan untuk tempat penyimpanan rudal balistik untuk berbagai jangkauan jarak, semuanya disembunyikan dengan rapi, dan itu mengisyaratkan tekad Korea Utara untuk menyembunyikan kemampuan militernya. [lt/uh]