Seorang kolonel yang dikenal dekat dengan pihak junta yang berkuasa di Mali telah ditangkap menyusul apa yang digambarkan oleh pihak berwenang sebagai percobaan kudeta, menurut pengakuan dua orang sumber, pada Selasa (17/5).
Junta, pada Senin (16/5) malam, mengumumkan bahwa minggu lalu mereka telah menggagalkan kudeta yang dipimpin oleh perwira militer dan “didukung oleh negara Barat.”
BACA JUGA: Mali: "Belasan Teroris" Tewas dalam Serangan UdaraPeristiwa misterius tersebut menandai pergolakan terbaru di negara Afrika Barat itu, yang telah mengalami dua kali kudeta dalam waktu kurang dari dua tahun.
Seorang pejabat di kementerian pertahanan, yang berbicara dengan syarat anonim, mengatakan kepada AFP bahwa “Kolonel (Amadou) Keita termasuk di antara para jihadis yang ditangkap.”
Keita tidak terkenal secara publik tetapi terkenal sebagai salah seorang perwira militer yang merebut kekuasaan pada Agustus 2020. Kelompok itu kemudian memperkuat cengkeraman mereka dalam kudeta kedua pada Mei tahun berikutnya.
Dia adalah salah satu dari 120 anggota Dewan Transisi Nasional (CNT) — badan legislatif yang ditunjuk oleh junta untuk mengesahkan undang-undang sambil menunggu kembalinya pemerintahan sipil.
Keita juga dikatakan dekat dengan presiden CNT, Kolonel Malick Diaw, yang merupakan salah seorang tokoh paling berpengaruh di junta yang dipimpin oleh orang kuat Kolonel Assimi Goita.
“Kami tidak mendapat kabar tentang Kolonel Amadou Keita sejak tanggal 12,” kata seorang kerabat dekatnya kepada AFP yang juga meminta agar namanya tidak disebutkan. “Dua rekannya telah memberi tahu kami bahwa dia telah ditangkap.”
BACA JUGA: Mali Mulai Penyelidikan di Moura, Lokasi Dugaan Pembantaian Warga SipilMenurut pernyataan junta yang dibacakan di televisi pemerintah pada Senin malam, upaya kudeta terjadi pada malam 11 Mei. Para perwira dan perwira junior terlibat, dan upaya itu mendapat dukungan dari negara Barat, kata komunike itu, tanpa menyebut negara mana yang mendukung upaya tersebut.
Mali adalah salah satu negara termiskin dan paling bergejolak di dunia yang berjuang memerangi pemberontakan jihadis selama satu dekade, yang dimulai dengan pemberontakan regional dan telah menyebar ke Niger dan Burkina Faso. Ribuan warga sipil dan tentara tewas, dan ratusan ribu telah lainnya mengungsi akibat pergolakan yang terjadi di dalam negeri. [lt/rs]