Larangan Terhadap Kaum Muslim Cemarkan Nama Trump di Indonesia

Kandidat Capres AS dari Partai Republik, Donald Trump dalam debat di University of Miami, Coral Gables, Florida (10/3).

Pernyataan Donald Trump yang melarang kaum muslim untuk datang ke AS membuat semakin banyak orang Indonesia ingin Trump dan bisnisnya dilarang masuk ke negara ini.

Hanya sedikit penduduk desa dekat lapangan golf yang baru setengah jadi di provinsi Jawa Barat yang mengenal nama Donald Trump. Lebih sedikit lagi orang yang mengetahui kalau salah satu perusahaannya akan mengelola hotel bintang enam dan resor mewah di halaman belakang mereka.

Namun di Jakarta, semakin banyak orang Indonesia yang menginginkan agar kandidat calon presiden AS dan bisnisnya untuk beroperasi di negara ini, setelah Trump berjanji untuk sementara melarang kaum Muslim untuk memasuki AS apabila ia terpilih.

Kemarahan yang perlahan-lahan mendidih di seberang Pasifik merupakan gambaran ketegangan hubungan yang diperkirakan muncul di era kepresidenan Trump tidak hanya di Indonesia, namun juga di wilayah negara-negara Muslim lainnya.

Indonesia memiliki hubungan erat dengan Amerika Serikat dan banyak orang Indonesia yang menghormati Presiden Barack Obama, yang menghabiskan sebagian masa kanak-kanaknya di Jakarta.

“Seandainya (Trump) meneruskan kebijakan rasisnya, maka langkahnya akan merugikan seluruh aset AS yang ada,” ujar Hasanuddin, seorang anggota parlemen yang juga anggota komisi dewan yang mengurusi kebijakan luar negeri, kepada Reuters.

“Arogansi Donald Trump akan berbahaya bagi seluruh warga AS di seluruh dunia.”

Fadli Zon, wakil ketua DPR, mengatakan kepada Reuters, ia akan berusaha untuk membatasi perdagangan dengan dan investasi AS apabila Trump terpilih sebagai presiden.

Amerika Serikat merupakan negara tujuan ekspor kedua terbesar Indonesia, yang bermilai sekitar $16 milyar (sekitar Rp 209,6 trilyun) tahun lalu, dan tujuan populer untuk anak-anak golongan elit yang ingin meneruskan pendidikan mereka.

Sebuah petisi daring, yang diluncurkan secara anonim, mendesak Presiden Indonesia Joko Widodo untuk melarang milyarder itu serta semua bisnisnya untuk memasuki Indonesia. Petisi tersebut telah menerima dukungan 45.000 tandatangan.

“Donald Trump tidak ingin kaum Muslim di seluruh dunia memasuki Amerika Serikat … jadi kita harus memberi perlakuan yang sama terhadapnya,” ujar salah satu penandatangan, Ayu Dyah, di situs petisi tersebut.

“Kutuk, tolak, dan boikot semua bisnis Donald Trump dan afiliasinya … Kita harus buktikan kalau kita memiliki kekuatan.”

Presiden Joko Widodo belum merespon petisi ini.

Catatan Buruk untuk Dunia Usaha

Komentar Trump terhadap kaum Muslim telah memancing reaksi keras di tempat lain, dengan para politis Inggris pada bulan Januari yang berdebat mengenai pelarangan bagi raja real estat tersebut untuk memasuki negara itu, di mana Trump juga memiliki kepentingan bisnis.

Permusuhan terhadap Trump dapat mengancam upaya ekspansi bisnisnya ke ekonomi terbesar Asia Tenggara, menurut anggota parlemen dan para pejabat pemerintah.

“Masalahnya dengan pernyataan yang dikeluarkannya yang menyakit banyak orang di negara dengan mayoritas kaum Muslim,” ujar Edy Putra Irawadi, Deputi Bidang Industri dan Perdagangan untuk Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, kepada Reuters.

“Sudah barang tentu hal semacam itu akan menjadi catatan hitam bagi perusahaannya.”

Perwakilan Trump tidak merespon terhadap permintaan untuk berkomentar mengenai hal ini.

Trump Hotel Collection tahun lalu mengumumkan kemitraannya dengan perusahaan Indonesia, PT. Media Nusantara Citra (MNC) untuk mengelola hotel-hotel mewah di Bali dan di Jawa Barat, serbuan pertama unit hotel Trump ke Asia.

Di Bali, Trump Hotels akan mengoperasikan hotel bintang enam yang dibangun di tebing dengan pemandangan lepas ke Samudra Hindia dan Tanah Lot, salah satu pura populer di tepi laut yang berdiri di puncak batu karang.

MNC, yang akan membangun kedua resor, menolak berkomentar menyangkut kebijakan politik Trump.

“Bisnis adalah bisnis. Mengenai impilikasi yang lebih luas di Indonesia, kita masih harus melihatnya kemudian,” ujar Syafriel Nasution, sekretaris perusahaan MNC Group, seraya menambahkan bahwa mereka belum melihat adanya implikasi negatif pada nama perusahaan dikarenakan oleh hubungan bisnisnya dengan Trump.

MNC Group berada di bawah kendali milyarder Hary Tanoesoedibjo, orang terkaya ke-28 di Indonesia, yang juga menguasai jaringan televisi nasional, dan tahun lalu meluncurkan partai politik.

Seorang anggota senior Muhammadiyah mengatakan, protes dapat terjadi apabila Trump terpilih menjadi presiden, meskipun tak satupun yang telah merencanakan.

“Muslim Indonesia memiliki persatuan yang kokoh,” ujar Abdul Mu’thi, sekretaris jenderal Muhammadiyah. “Apabila ia terpilih, akan ada reaksi keras dari masyarakat Indonesia kepada setiap bisnis yang dikelola oleh Donald Trump.” [ww]