Mantan juru runding nuklir Iran, yang kini menjabat ketua parlemen, Ali Larijani mengatakan perbedaan tentang program nuklir negaranya dengan negara-negara Barat dapat diselesaikan.
JENEWA, SWISS —
Pejabat senior Iran menyebut perundingan pekan depan antara Iran dan keenam negara besar dunia sebagai "jendela peluang." Mantan juru runding nuklir Ali Larijani, kini menjabat ketua parlemen Iran, mengatakan perbedaan tentang program nuklir negaranya dengan negara-negara Barat dapat diselesaikan.
Larijani yang sedang menghadiri pertemuan Persatuan Antar-Parlemen di Jenewa, Swiss hari Rabu (9/10) mengatakan, ia mengharapkan perundingan mendatang dengan negara-negara besar dunia di Jenewa tentang program nuklir Iran yang kontroversial harus dilakukan secara serius. Ia menambahkan bahwa pemerintahannya telah menyusun rencana yang akan diusulkan dalam perundingan nanti.
Larijani mengatakan, ia berpandangan positif terhadap perundingan pekan depan, katanya karena negara-negara yang telah menerapkan sanksi terhadap Iran dan memandang Iran sebagai ancaman terhadap negaranya telah memilih untuk mengupayakan solusi politik. Ia berbicara melalui seorang penerjemah.
"Seperti yang anda lihat, perubahan ini, jika saya jelaskan dalam kata-kata, adalah positif .... Saya akan menjelaskan lebih lanjut dengan mengatakan bahwa jika semua negara bersama-sama berusaha, jika diperlukan sebuah solusi politik dibandingkan cara lain maka untuk menemukan solusi bagi keseluruhan masalah maka itu adalah tugas yang tidak terlalu sulit," tegas Larijani.
Negara-negara barat takut Iran sedang membangun program senjata nuklir, Iran mengatakan program itu bertujuan damai.
Iran dan keenam negara besar dunia telah berupaya mencapai kesepakatan sejak tahun 2006. Pembicaraan belakangan, yang berlangsung bulan April di Kazakhstan berakhir dengan kebuntuan seperti yang terjadi dalam putaran sebelumnya.
Sejak itu, sikap Amerika dan Iran telah melunak. Presiden Amerika Barack Obama baru-baru ini mengadakan percakapan telepon singkat dengan Presiden Iran Hassan Rouhani, itu adalah kontak langsung pertama antara pemimpin tertinggi kedua negara selama lebih dari tiga dekade.
Kontak itu merupakan puncak dari upaya pendekatan selama seminggu oleh Rouhani dan Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif kepada negara-negara barat ketika berlangsung sesi pembukaan sidang tahunan Majelis Umum PBB.
Perwakilan kelompok yang disebut P5 plus satu, yang terdiri dari Inggris, Tiongkok, Prancis, Rusia, dan Amerika ditambah Jerman, berusaha membuat Iran mengendalikan program nuklirnya ketika mereka bertemu di Jenewa tanggal 15-16 Oktober nanti.
Usulan terakhir di Almaty, Kazakhstan, menyerukan Iran untuk menghentikan kegiatan pengayaan uranium sampai 20 persen dan mentransfer bagian dari persediaan uraniumnya ke negara ketiga dibawah pengawasan Badan Energi Atom Internasional.
Javad Zarif mengatakan baru-baru ini bahwa rencana itu tidak berlaku lagi, dan kelompok P5 +1 harus datang ke perundingan minggu depan dengan "sudut pandang baru."
Larijani yang sedang menghadiri pertemuan Persatuan Antar-Parlemen di Jenewa, Swiss hari Rabu (9/10) mengatakan, ia mengharapkan perundingan mendatang dengan negara-negara besar dunia di Jenewa tentang program nuklir Iran yang kontroversial harus dilakukan secara serius. Ia menambahkan bahwa pemerintahannya telah menyusun rencana yang akan diusulkan dalam perundingan nanti.
Larijani mengatakan, ia berpandangan positif terhadap perundingan pekan depan, katanya karena negara-negara yang telah menerapkan sanksi terhadap Iran dan memandang Iran sebagai ancaman terhadap negaranya telah memilih untuk mengupayakan solusi politik. Ia berbicara melalui seorang penerjemah.
"Seperti yang anda lihat, perubahan ini, jika saya jelaskan dalam kata-kata, adalah positif .... Saya akan menjelaskan lebih lanjut dengan mengatakan bahwa jika semua negara bersama-sama berusaha, jika diperlukan sebuah solusi politik dibandingkan cara lain maka untuk menemukan solusi bagi keseluruhan masalah maka itu adalah tugas yang tidak terlalu sulit," tegas Larijani.
Negara-negara barat takut Iran sedang membangun program senjata nuklir, Iran mengatakan program itu bertujuan damai.
Iran dan keenam negara besar dunia telah berupaya mencapai kesepakatan sejak tahun 2006. Pembicaraan belakangan, yang berlangsung bulan April di Kazakhstan berakhir dengan kebuntuan seperti yang terjadi dalam putaran sebelumnya.
Sejak itu, sikap Amerika dan Iran telah melunak. Presiden Amerika Barack Obama baru-baru ini mengadakan percakapan telepon singkat dengan Presiden Iran Hassan Rouhani, itu adalah kontak langsung pertama antara pemimpin tertinggi kedua negara selama lebih dari tiga dekade.
Kontak itu merupakan puncak dari upaya pendekatan selama seminggu oleh Rouhani dan Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif kepada negara-negara barat ketika berlangsung sesi pembukaan sidang tahunan Majelis Umum PBB.
Perwakilan kelompok yang disebut P5 plus satu, yang terdiri dari Inggris, Tiongkok, Prancis, Rusia, dan Amerika ditambah Jerman, berusaha membuat Iran mengendalikan program nuklirnya ketika mereka bertemu di Jenewa tanggal 15-16 Oktober nanti.
Usulan terakhir di Almaty, Kazakhstan, menyerukan Iran untuk menghentikan kegiatan pengayaan uranium sampai 20 persen dan mentransfer bagian dari persediaan uraniumnya ke negara ketiga dibawah pengawasan Badan Energi Atom Internasional.
Javad Zarif mengatakan baru-baru ini bahwa rencana itu tidak berlaku lagi, dan kelompok P5 +1 harus datang ke perundingan minggu depan dengan "sudut pandang baru."