Latar Belakang Tersangka Pemboman Marathon Boston

  • James Brooke

Kedua kakak-beradik tersangka pemboman marathon Boston: Tamerlan Tsarnaev (kiri, 26 tahun) dan adiknya Dzhokhar Tsarnaev usia 19 tahun (foto: FBI).

Kedua bersaudara pelaku pemboman diyakini tinggal di Cambridge, Massachusetts memiliki etnis Chechnya dan datang ke Amerika saat usia mereka masih anak-anak.
Aparat-aparat penegak hukum Amerika mengatakan kedua tersangka pemboman di Marathon Boston hari Senin itu penduduk menetap Amerika yang memiliki latar belakang Chechnya, mereka diidentifikasi sebagai Dzhokhar Tsarnaev usia 19 tahun dan kakaknya, Tamerlan Tsarnaev usia 26 tahun.

Sang kakak tewas karena luka yang diderita dalam baku tembak dengan polisi. Dzhokhar, tersangka yang mengenakan topi putih dalam foto yang dirilis setelah pemboman marathon, dikenal sebagai "Tersangka Nomor Dua" oleh polisi, yang dikatakan bersenjata dan berbahaya. Dzhokhar berhasil ditangkap dalam keadaan terluka saat bersembunyi di dalam sebuah perahu di belakang sebuah rumah di kota Watertown, pinggiran kota Boston.

Kedua bersaudara diyakini tinggal di Cambridge, Massachusetts, dan memiliki setidaknya seorang saudara perempuan.

Seorang pemuda Chechnya yang tinggal di Boston dan mengetahui keluarga tersebut memberitahu VOA Siaran Rusia bahwa keluarga Tsarnaev umumnya tinggal di Asia Tengah sebelum datang ke Amerika lebih dari delapan tahun yang lalu.

Beberapa sumber mengatakan keluarga Tsarnaev ini berasal dari Kirgistan dan berlatar belakang etnis Chechnya.

Di Dagestan, sebuah republik Islam tradisional yang berbatasan dengan Chechnya, kepala sekolah Temirmagomed Davudov mengatakan keluarga Tsarnaev datang ke Dagestan tahun 2001 dari republik Kirgistan di Asia Tengah. Selama Perang Dunia II, Stalin mendeportasi sebagian besar penduduk Chechnya ke Asia Tengah.

Davudov memberitahu para wartawan bahwa kedua saudara laki-laki itu dan dua saudara perempuan mereka bersekolah selama satu tahun, pada tahun 2001 di Makhachkala, ibukota Dagestan. Kemudian, katanya, keluarga itu beremigrasi - tampaknya pertama ke Turki, kemudian ke Amerika.

Oliver Bullough, redaktur bidang Kaukasus untuk Institute of War and Peace Reporting di London, mengatakan kelompok-kelompok pengungsi Chechnya sering hidup tertutup, menjaga tradisi mereka.

Orang-orang Chechnya ada di Turki, saya tahu. Saya telah berkunjung ke beberapa kamp pengungsi mereka. Mereka tinggal dalam kehidupan yang terpisah secara total, dipimpin oleh orang-orang mereka sendiri. Tidak ada hubungan sama sekali dengan masyarakat Turki umumnya.

Ketika keluarga itu meninggalkan Kaukasus tahun 2002, Chechnya berada di tengah-tengah perang pemisahan diri yang kedua dalam satu dekade.

Pejabat Chechnya memberitahu para wartawan hari Jumat bahwa tidak ada bukti bahwa keluarga itu pernah tinggal di Chechnya.

Ramzan Kadyrov, pemimpin Chechnya, dengan marah membantah hubungan antara Republik itu dengan Tsarnaev bersaudara.

Ia mengunggah pesan di media sosial Instagram: "Setiap upaya menghubungkan Chechnya dengan keluarga Tsarnaev, jika mereka bersalah, adalah sia-sia. Mereka dibesarkan di Amerika, pandangan dan keyakinan mereka terbentuk disana. Akar kejahatan harus dilihat ada di Amerika."

Di Chechnya, Kadyrov memberlakukan aturan konservatif yang ketat berdasarkan hukum syariah Islam. Sesekali, ia menyalahkan pemberontakan yang terjadi di kawasan itu kepada Israel dan Amerika.

Teman-teman dari kedua pria itu mengatakan mereka pintar dan atletis, sang kakak adalah petinju dan adiknya pegulat.

Dzhokhar Tsarnaev lulus tahun 2011 dari Cambridge Rindge dan Latin School, kira-kira lima kilometer dari pusat kota Boston.

Eric Mercado, seorang teman dari Dzhokhar Tsarnaev yang lulus setahun sebelum dia, memberitahu CNN hari Jumat bahwa tidak ada yang mau mempercayai bahwa teman mereka adalah "teroris," tetapi topi putih yang dipakai terbalik yang ditampilkan dalam rekaman video tersangka merupakan "ciri khas Dzhokhar."

Kedua pemboman hari Senin (15/4) di dekat garis finish marathon Boston menewaskan tiga orang: manajer restoran Krystle Campbell, mahasiswi Boston University Lu Lingzi dan Martin Richard yang berusia delapan tahun. Lebih dari 170 orang lainnya mengalami luka-luka.