Di sebuah sanggar di Mesir, para pengrajin dengan gesit merangkai lentera-lentera buatan tangan untuk bulan Ramadan.
Menjelang bulan puasa, dekorasi lentera bisa ditemui di manapun di kota Kairo.
Sebagian menggunakannya sebagai hiasan meja makan, yang lainnya menggantung lentera di pintu masuk toko dan rumah mereka.
“Lentera Khayamia menjadi barang penting di setiap rumah. Orang-orang meletakkannya di dalam rumah, menggantungnya di balkon, jalanan dan mobil. Lentera itu membuat orang-orang merasakan semangat Ramadan," kata Bahia Mohamed, pemilik sanggar.
"Semua orang membeli khayamia baru setiap tahun, meski mereka masih punya yang lama dari tahun-tahun sebelumnya, karena terlihat bagus dan menimbulkan rasa gembira saat Anda menggunakannya juga sebagai tapla meja, atau menggunakan lentera yang berbentuk meriam atau yang biasa sebagai hiasan meja makan," tambahnya.
Lima tahun lalu, Bahia membangun bengkel lokakarya lentera dan ornamen Ramadan lainnya.
Tahun lalu, umat Muslim terpaksa terputus dari sebagian besar hal yang membuat bulan Ramadan terasa istimewa seiring upaya pemerintah setempat menangani pandemi virus corona.
Banyak negara menutup masjid dan melarang salat taraweh berjamaah untuk mencegah kerumunan massa.
Pemerintah berbagai negara mencoba menyeimbangkan pembatasan yang diberlakukan dengan tradisi Ramadan.
Tahun ini, warga Mesir bisa menikmati Ramadan dengan pembatasan yang lebih longgar dibanding tahun lalu, dan itu berarti peluang bisnis yang lebih baik bagi para pembuat lentera.
“Alhamdulillah, tahun ini lebih baik dari tahun lalu, ketika orang-orang khawatir tentang virus corona dan jam malam. Tapi tahun ini, Alhamdulillah, tidak ada jam malam seperti tahun lalu dan orang-orang keluar untuk berjalan-jalan, sehingga hasil kerja kami lebih baik dari tahun lalu," kata Naglaa Fathy, salah satu pengrajin di saggar milik Bahia.
Para pengrajin di sanggar itu membuat lentera Khayamia dengan menggunakan corak kain berwarna-warni yang biasa digunakan untuk mendekorasi tenda.
Sejak pandemi virus corona melanda, padepokannya memproduksi lebih banyak jenis produk.
“Ketika virus corona mulai merebak, impor barang-barang keperluan Ramadan turun. Kami jadi terpikir untuk berinovasi dan membuat hal-hal baru. Kami mulai memproduksi barang-barang yang sebelumnya kami impor. Kami juga mulai belajar membuat patung porselen," kata Bahia Mohamed.
Di pasar jalanan kota Kairo, kios-kios pedagang dipenuhi deretan lentera hias Ramadan berwarna cerah.
BACA JUGA: Warga Muslim Dunia Sambut RamadanDi salah satu distriknya, Shubra, lentera Ramadan raksasa berdiri menjulang di sisi jalan, bersebelahan dengan lampu salib dan bulan sabit, yang melambangkan keharmonisan umat beragama di Mesir.
Lentera dan lampu salib-bulan sabit raksasa itu dibuat oleh Amir Ghattas, pemilik toko buku dan pernak-pernik Kristen.
“Ini tahun pertama saya menjual lentera Ramadan. Saya selalu menjual barang keperluan Natal dan Tahun Baru karena lokasi kami berada di distrik Shubra yang ditinggali banyak umat Kristen Koptik," katanya.
"Saya pikir, karena saya sudah membuat pohon Natal terbesar di Mesir, saya juga harus menghibur saudara-saudari Muslim saya dan membuat lentera terbesar, bukan hanya se-Mesir, tapi se-jazirah Arab. Maka itu, saya membuat lentera berukuran tinggi sekitar 15 meter, dengan hiasan bulan sabit selebar dua meter di puncaknya," lanjut Amir.
Ramadan tahun ini kembali hadir di tengah meningkatnya gelombang baru virus corona yang melanda sebagian besar negara di dunia.
Identik sebagai saat yang tepat untuk beribadah dan berderma, Ramadan juga merupakan waktunya orang-orang berkumpul untuk beribadah berjamaah, menggelar buka puasa bersama, memadati kafe-kafe dan saling berkunjung.
“Kami sudah menetap di Jerman selama kurang lebih 20 tahun. Kami tidak bisa berkunjung pada Ramadan-Ramadan sebelumnya. Tahun lalu, sulit untuk datang karena lockdown dan virus corona, jadi susah buat kami untuk datang. Tapi tahun ini, kami bisa berkunjung sebelum Ramadan agar anak-anak saya bisa melihat langsung suasana Ramadan yang tidak ada bandingannya di tempat lain di dunia," kata Ghada Hilal, warga Mesir yang bermukim di Jerman dan tengah mengunjungi Kairo. [rd/em]