Lewat iCow dan M-Farm, Smartphone Tingkatkan Pertanian Afrika

FILE - Smartphone dengan banyak app, 29 Desember 2014.

Akses smartphone dan Internet yang lebih luas memungkinkan perusahaan teknologi untuk menjangkau petani di daerah terpencil Afrika dengan aplikasi yang menyediakan diagnosa untuk hewan, petunjuk penanaman tanaman dan pasar virtual.

Produksi makanan manusia harus tumbuh sebanyak 70 persen pada tahun 2050 untuk memenuhi permintaan yang semakin meningkat dan Afrika memiliki lebih dari setengah lahan yang tidak terpakai di dunia, menurut riset yang dilakukan oleh PBB.

Pertanian di Afrika gagal mendapatkan keuntungan karena tidak ada akses kepada infrastruktur, pelatihan, modal dan teknologi yang sangat cepat berkembang. Wilayah-wilayah yang ditanami oleh petani Afrika hanya memproduksi sekitar satu ton per hektar, dibandingkan dengan tujuh ton di pasar-pasar berkembang.

Pertumbuhan kelas menengah Afrika digabungkan dengan semakin murahnya teknologi membuka kesempatan untuk investasi di bidang pertanian di benua termiskin di dunia tersebut.

"Afrika adalah kunci pasokan makanan global dan kita harus membantunya untuk mengembangkan potensi tersebut," kata Mark Davies, sebuah vetaran pengusaha dotcom yang menjalankan Esoko, yang memberikan saran-saran pada para petani dan menghubungkan mereka dengan para pedagang di pasar virtual.

Esoko memungut bayaran sebesar 1 dolar per bulan dari para petani untuk menggunakan jasa tersebut sementara perusahaan membayar antara 3.000-20.000 dolar setiap tahunnya. Aplikasi lainnya yang baru-baru ini diluncurkan termasuk aplikasi untuk memonitor hewan ternak Kenya yang disebut iCow dan pasar online M-Farm, yang telah bermitra dengan Samsung.

Pada tahun 2025, setengah dari populasi Afrika yang berjumlah 1 milyar akan mempunyai akses Internet dan akan ada 360 juta smartphone di benua tersebut, menurut konsultan di McKinsey.

Teknologi Internet juga bisa meningkatkan produktivitas tahunan agrikultur di Afrika sebesar 3 milyar dolar per tahun, kata McKinsey.

Akses mobile

"Orang-orang yang tidak punya akses air mengalir atau listrik punya akses telepon yang lebih mumpuni daripada komputer yang kita punya beberapa tahun sebelumnya," kata Sami Ibrahim, developer utama di start-up tekno Cojengo yang berbasis di Glasgow.

"Ini menciptakan kesempatan besar," kata Ibrahim, yang bersama kolega-koleganya yang merupakan lulusan IT mengembangkan VetAfrica, sebuah app yang memberikan saran-saran terkait hewan.

Cojengo didukung Microsoft dan, seperti sebagian besar perusahaan teknologi yang menargetkan pertanian di Afrika, juga bekerja sama dengan badan donor asing.

Pertumbuhan di bidang pertanian dua kali lebih efektif untuk mengurangi kemiskinan daripada sektor lainnya, kata badan bantuan, tapi perusahaan tekno juga berharap mendapatkan keuntungan besar. Cojengo ingin VetAfrica membangun database yang bisa dijual kepada pemerintah Afrika, LSM dan perusahaan farmasi.

Namun untuk meningkatkan pertumbuhan pertanian Afrika, pemerintah harus memperbaiki infrastruktur transportasi dan listrik, dan bank harus memberikan pinjaman pada para petani.

"Tantangan nomor satu bagi para petani kecil di Afrika adalah akses untuk kredit," kata Kola Masha, pendiri perusahaan Nigeria, Doreo Partners.

"Ketika teknologi smartphone semakin murah, kita akan melihat dampak positif yang semakin meningkat," kata Masha, yang bergabung dengan Swiss RE untuk mengasuransikan para petani untuk menghadapi kekeringan.

"Batas Terakhir"

Masha berharap bisa menjangkau 1 juta petani kecil Afrika pada tahun 2025 dengan menyediakan teknologi, pupuk dan bibit bagi para petani, yang bisa mengembalikan pinjaman tersebut ketika keuntungan mereka meningkat.

Perusahaan-perusahaan pertanian raksasa seperti Syngenta dan Monsanto berinvestasi pada teknologi di Afrika tapi perusahaan-perusahaan micro-tekno juga bermunculan di area-area yang tidak lazim.

Start-up Botswana, Modisar melacak ternak sapi dan memberikan saran-saran tentang makanan, vaksinasi dan keuangan melalui SMS. Start-up tersebut memenangkan penghargaan Orange African Social Venture tahun lalu.

Mewanko Farm milik Kamerun membuat pasar online tempat para petani menjual produk-produk segar dalam sebuah skema yang mereka harapkan akan meningkatkan penghasilan 13 juta orang. Perkembangan penggunaan teknologi di Afrika bisa membawa ratusan juta orang-orang terpencil dan miskin di daerah rural ke pasar global.

"Saya menganggap ini sebagai batas terakhir di bumi untuk Internet," kata Davies dari Esoko.