Para pemimpin Arab mengatakan akan tetap menganggap Israel sebagai negara tidak sah dan menyalahkan Israel atas semua masalah dalam melakukan upaya perdamaian.
KUWAIT CITY —
KTT Liga Arab ke-25 di Kuwait City berakhir hari Rabu (26/3). Pertemuan tahun ini diwarnai semakin mendalamnya perpecahan diantara negara-negara anggota, tetapi posisi mereka tetap bersatu terkait konflik Israel-Palestina.
Wakil menteri luar negeri Kuwait Khaled al-Jarallha membacakan komunike akhir pada penutupan KTT itu, mengatakan “isu Palestina masih menjadi fokus keprihatinan kami di dunia Arab.”
Liga Arab mengutuk perluasan pemukiman oleh Israel dan apa yang disebutnya penodaan tempat-tempat suci Islam di Yerusalem.
“Kami sepenuhnya menyalahkan Israel atas kurangnya kemajuan dalam proses perdamaian dan berlanjutnya ketegangan di Timur Tengah,” kata deklarasi itu. “Kami menyatakan penolakan yang mutlak dan tegas untuk mengakui Israel sebagai sebuah negara Yahudi.”
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menuntut para pemimpin Palestina agar mengakui Israel sebagai negara Yahudi dalam perundingan perdamaian saat ini.
Para pemimpin Arab juga menyatakan “solidaritas total bagi rakyat Suriah,” dan mendesak Presiden Bashar al-Assad agar menghentikan semua aksi militer.
Mereka mendukung solusi damai terhadap perang saudara di Suriah, meskipun ada tuntutan di KTT itu dari pemimpin oposisi Suriah Ahmad al-Jarba agar dunia internasional menyediakan senjata canggih bagi pemberontak.
Para delegasi Liga Arab juga bertekad bekerjasama melawan teroris dan mendorong aktivitas perekonomian di kawasan itu.
Sekretaris-jendral Liga Arab, Nabil al-Arabi, hari Rabu mengakui semula ada keraguan apakah KTT di Kuwait itu akan berlangsung akibat sejumlah perbedaan pendapat diantara anggota tentang isu seperti Mesir dan Suriah. Ia menghimbau solidaritas dalam bulan-bulan mendatang.
Dalam upacara penutupan KTT itu, presiden sementara Mesir Adly Mansoor menghimbau kerjasama Arab yang lebih besar. Ia mengatakan perselisihan telah melemahkan organisasi itu sehingga tidak mampu menghasilkan perbaikan berarti di dunia Arab.
Mesir akan menjadi tuan rumah KTT Liga Arab berikutnya tahun 2015.
Wakil menteri luar negeri Kuwait Khaled al-Jarallha membacakan komunike akhir pada penutupan KTT itu, mengatakan “isu Palestina masih menjadi fokus keprihatinan kami di dunia Arab.”
Liga Arab mengutuk perluasan pemukiman oleh Israel dan apa yang disebutnya penodaan tempat-tempat suci Islam di Yerusalem.
“Kami sepenuhnya menyalahkan Israel atas kurangnya kemajuan dalam proses perdamaian dan berlanjutnya ketegangan di Timur Tengah,” kata deklarasi itu. “Kami menyatakan penolakan yang mutlak dan tegas untuk mengakui Israel sebagai sebuah negara Yahudi.”
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menuntut para pemimpin Palestina agar mengakui Israel sebagai negara Yahudi dalam perundingan perdamaian saat ini.
Para pemimpin Arab juga menyatakan “solidaritas total bagi rakyat Suriah,” dan mendesak Presiden Bashar al-Assad agar menghentikan semua aksi militer.
Mereka mendukung solusi damai terhadap perang saudara di Suriah, meskipun ada tuntutan di KTT itu dari pemimpin oposisi Suriah Ahmad al-Jarba agar dunia internasional menyediakan senjata canggih bagi pemberontak.
Para delegasi Liga Arab juga bertekad bekerjasama melawan teroris dan mendorong aktivitas perekonomian di kawasan itu.
Sekretaris-jendral Liga Arab, Nabil al-Arabi, hari Rabu mengakui semula ada keraguan apakah KTT di Kuwait itu akan berlangsung akibat sejumlah perbedaan pendapat diantara anggota tentang isu seperti Mesir dan Suriah. Ia menghimbau solidaritas dalam bulan-bulan mendatang.
Dalam upacara penutupan KTT itu, presiden sementara Mesir Adly Mansoor menghimbau kerjasama Arab yang lebih besar. Ia mengatakan perselisihan telah melemahkan organisasi itu sehingga tidak mampu menghasilkan perbaikan berarti di dunia Arab.
Mesir akan menjadi tuan rumah KTT Liga Arab berikutnya tahun 2015.