Kelima gunung itu adalah Gunung Slamet di Jawa Tengah, Gunung Sinabung di Sumatera Utara, serta Gunung Soputan, Gunung Karangetang dan Gunung Lokon di Sulawesi Utara.
JAKARTA —
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi pada Badan Geologi di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), baru-baru ini menaikkan status Gunung Slamet di Jawa Tengah dari waspada menjadi siaga, meningkatkan jumlah gunung berapi yang berstatus siaga.
Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, Surono mengatakan lima gunung api di Indonesia kini dalam kondisi siaga dan 19 lainnya berstatus waspada.
Kelima gunung tersebut, menurut Surono, adalah Gunung Slamet di Jawa Tengah, Gunung Sinabung di Sumatera Utara, serta Gunung Soputan, Gunung Karangetang dan Gunung Lokon di Sulawesi Utara.
Peningkatan status itu, tambahnya, dilakukan karena sejumlah indikator pemantauan menunjukan peningkatan aktivitas gunung mulai dari kegempaan vulkanik hingga adanya penggelembungan tubuh gunung.
Dia mengatakan potensi erupsi Gunung Slamet berada pada radius 4 kilometer dari puncak, berupa lontaran batu pijar, sedangkan hujan abu bisa mencapai 10 kilometer. Untuk itu, masyarakat saat ini tidak beraktivitas pada radius 4 kilometer, ujar Surono.
Selain itu, baru-baru ini Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi menaikkan status Gunung Merapi dari normal menjadi waspada karena potensi risiko gunung ini tinggi.
Selain pemukiman warga di sekitar gunung padat, juga beberapa kali letusan Merapi mengakibatkan korban jiwa seperti yang terjadi pada 2010.
Untuk gunung yang menunjukan aktivitas yang dapat berlanjut ke letusan alias siaga, tambah Surono, biasanya masyarakat di wilayah tersebut mendapat informasi tentang kondisi gunung dan pendidikan tentang ancaman bahaya dan antisipasinya.
“Sosialisasi dilakukan bukan hanya pada saat letusan, kita juga melakukan sebelum letusan. Pendidikan terhadap masyarakat terhadap ancaman bahaya dengan cara mengantisipasi hingga saat terjadi letusan,” ujarnya.
Sementara itu, kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho meminta media untuk tidak memberitakan situasi gunung berapi secara berlebihan karena dapat membuat masyarakat panik dan cemas.
Selain itu, ujarnya, pemberitaan berlebihan membuat obyek-obyek wisata, hotel, pertanian dan aktivitas ekonomi yang berada di luar daerah berbahaya menjadi sepi seperti yang terjadi di Sinabung. Padahal wilayah yang berada di luar daerah berbahaya sangat aman dan dapat beraktivitas seperti biasa, ujarnya.
“Media massa terkadang menyampaikan pemberitaan yang berlebihan. Mereka (masyarakat) menjadi takut, akhirnya di radius 7 kilometer ikut mengungsi padahal itu tidak termasuk daerah berbahaya. Pengungsi terus bertambah setiap hari. Jadi warga yang tidak harus mengungsi waktu itu ikut mengungsi. Bahwa masalah bencana itu perlu kita kerjasama,” ujarnya.
Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, Surono mengatakan lima gunung api di Indonesia kini dalam kondisi siaga dan 19 lainnya berstatus waspada.
Kelima gunung tersebut, menurut Surono, adalah Gunung Slamet di Jawa Tengah, Gunung Sinabung di Sumatera Utara, serta Gunung Soputan, Gunung Karangetang dan Gunung Lokon di Sulawesi Utara.
Peningkatan status itu, tambahnya, dilakukan karena sejumlah indikator pemantauan menunjukan peningkatan aktivitas gunung mulai dari kegempaan vulkanik hingga adanya penggelembungan tubuh gunung.
Dia mengatakan potensi erupsi Gunung Slamet berada pada radius 4 kilometer dari puncak, berupa lontaran batu pijar, sedangkan hujan abu bisa mencapai 10 kilometer. Untuk itu, masyarakat saat ini tidak beraktivitas pada radius 4 kilometer, ujar Surono.
Selain itu, baru-baru ini Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi menaikkan status Gunung Merapi dari normal menjadi waspada karena potensi risiko gunung ini tinggi.
Selain pemukiman warga di sekitar gunung padat, juga beberapa kali letusan Merapi mengakibatkan korban jiwa seperti yang terjadi pada 2010.
Untuk gunung yang menunjukan aktivitas yang dapat berlanjut ke letusan alias siaga, tambah Surono, biasanya masyarakat di wilayah tersebut mendapat informasi tentang kondisi gunung dan pendidikan tentang ancaman bahaya dan antisipasinya.
“Sosialisasi dilakukan bukan hanya pada saat letusan, kita juga melakukan sebelum letusan. Pendidikan terhadap masyarakat terhadap ancaman bahaya dengan cara mengantisipasi hingga saat terjadi letusan,” ujarnya.
Sementara itu, kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho meminta media untuk tidak memberitakan situasi gunung berapi secara berlebihan karena dapat membuat masyarakat panik dan cemas.
Selain itu, ujarnya, pemberitaan berlebihan membuat obyek-obyek wisata, hotel, pertanian dan aktivitas ekonomi yang berada di luar daerah berbahaya menjadi sepi seperti yang terjadi di Sinabung. Padahal wilayah yang berada di luar daerah berbahaya sangat aman dan dapat beraktivitas seperti biasa, ujarnya.
“Media massa terkadang menyampaikan pemberitaan yang berlebihan. Mereka (masyarakat) menjadi takut, akhirnya di radius 7 kilometer ikut mengungsi padahal itu tidak termasuk daerah berbahaya. Pengungsi terus bertambah setiap hari. Jadi warga yang tidak harus mengungsi waktu itu ikut mengungsi. Bahwa masalah bencana itu perlu kita kerjasama,” ujarnya.