Lini Masa: Jatuhnya Assad Setelah Pertumpahan Darah dan Perpecahan Selama Bertahun-tahun

Seorang anggota pasukan oposisi Suriah membawa peluncur roket saat berada di depan sebuah gedung kantor pemerintahan di mana terdapat foto Presiden Bashar Assad yang dipenuhi robekan akibat tembakan di Hama, Suriah, pada 6 Desember 2024. (Foto: AP/Ghaith Alsayed)

Runtuhnya kekuasaan Bashar Assad atas Suriah menandai puncak pemberontakan selama hampir 14 tahun dan momen penting dalam perang saudara yang menewaskan ratusan ribu orang, menggusur separuh populasi, dan mengundang kekuatan dari luar.

Berikut lini masa dari pergolakan yang dialami Suriah, dari protes awal hingga runtuhnya pemerintahan Assad:

2011 - Protes-protes pertama terhadap Assad dengan cepat menyebar ke seluruh negeri dan ditanggapi dengan gelombang penangkapan dan penembakan oleh pasukan keamanan.

Beberapa pengunjuk rasa mengangkat senjata dan unit militer membelot saat pemberontakan berubah menjadi pemberontakan bersenjata yang akan mendapatkan dukungan dari negara-negara Barat dan Arab serta Turki.

2012 - Sebuah pengeboman di Damaskus merupakan aksi pertama yang dilakukan oleh afiliasi baru Al Qaeda di Suriah, Front Nusra, yang memperoleh kekuasaan dan mulai menghancurkan kelompok-kelompok dengan ideologi nasionalis.

BACA JUGA: Runtuhnya Rezim Assad: Gejolak Selama Dua Minggu yang Menggulingkan Pemerintahan Suriah 

Negara-negara besar dunia bertemu di Jenewa dan sepakat tentang perlunya transisi politik, tetapi perbedaan pendapat mereka tentang cara mencapainya akan menggagalkan upaya perdamaian yang disponsori PBB selama bertahun-tahun.

Assad mengerahkan angkatan udaranya ke kubu oposisi, ketika pemberontak menguasai wilayah, dan perang meningkat dengan pembantaian di kedua pihak.

2013 - Hizbullah Lebanon membantu Assad meraih kemenangan di Qusayr, menghentikan momentum pemberontak dan menunjukkan meningkatnya peran kelompok yang didukung Iran itu dalam konflik tersebut.

Washington telah menyatakan penggunaan senjata kimia sebagai garis merah, tetapi serangan gas di Ghouta timur yang dikuasai pemberontak di dekat Damaskus menewaskan banyak warga sipil tanpa memicu tanggapan militer AS.

2014 - Kelompok ISIS tiba-tiba merebut Raqqa di timur laut dan menguasai lebih banyak wilayah di Suriah dan Irak.

Seorang warga mengendarai sepeda melewati area di sudut Kota Homs, Suriah, yang hancur akibat perang, pada 5 Juni 2014. (Foto: AP/Dusan Vranic)

Pemberontak di Kota Tua Homs menyerah, setuju untuk pindah ke pinggiran kota — kekalahan besar pertama mereka di wilayah perkotaan besar dan memelopori kesepakatan "evakuasi" di masa mendatang.

Washington membangun koalisi anti-ISIS dan memulai serangan udara, membantu pasukan Kurdi membalikkan gelombang jihad tetapi menciptakan ketegangan dengan sekutunya, Turki.

2015 - Dengan kerja sama yang lebih baik dan lebih banyak pasokan senjata dari luar negeri, kelompok pemberontak merebut lebih banyak wilayah dan merebut Idlib barat laut, tetapi militan Islam berperan lebih besar.

Rusia bergabung dalam perang itu membela Assad dengan serangan udara yang mengubah konflik melawan pemberontak selama bertahun-tahun yang akan datang.

2016 - Khawatir dengan kemajuan yang dicapai pasukan Kurdi di perbatasan, Turki melancarkan serangan dengan pemberontak sekutu, menciptakan zona baru kendali Turki.

BACA JUGA: Indonesia Berharap Proses Transisi di Suriah Berlangsung Inklusif, Demokratis, dan Damai

Tentara Suriah dan sekutunya mengalahkan pemberontak di Aleppo, yang pada saat itu dipandang sebagai kemenangan terbesar Assad dalam perang tersebut.

Front Nusra memisahkan diri dari Al Qaeda dan mulai mencoba menampilkan dirinya lebih moderat, mengadopsi rangkaian nama baru dan akhirnya memutuskan bernama Hayat Tahrir al-Sham (HTS).

2017 - Israel mengakui serangan udara terhadap Hizbullah di Suriah, yang bertujuan untuk melemahkan kekuatan Iran dan sekutu-sekutunya yang sedang berkembang.

Pasukan pimpinan Kurdi yang didukung Amerika Serikat mengalahkan ISIS di Raqqa. Serangan itu, dan serangan tandingan oleh tentara Suriah, mengusir kelompok jihad itu dari hampir seluruh wilayahnya.

2018 - Tentara Suriah merebut kembali Ghouta timur, sebelum dengan cepat merebut kembali kantong-kantong pemberontak lainnya di Suriah tengah, dan kemudian benteng selatan pemberontak di Deraa.

2019 - ISIS kehilangan sisa wilayah terakhirnya di Suriah. AS memutuskan untuk mempertahankan sejumlah pasukan di negara itu untuk mencegah serangan terhadap sekutu-sekutu Kurdinya.

Sejumlah anak-anak membawa tangki air di kamp pengungsi al-Hol di Suriah, pada 8 Januari 2020. (Foto: Reuters/Goran Tomasevic)

2020 - Rusia mendukung serangan pemerintah yang diakhiri dengan gencatan senjata dengan Turki yang membekukan sebagian besar garis depan. Assad menguasai sebagian besar wilayah dan semua kota utama, tampak sangat berkuasa. Sementara itu, pemberontak menguasai wilayah barat laut. Pasukan yang didukung Turki menguasai jalur perbatasan. Pasukan pimpinan Kurdi menguasai wilayah timur laut.

2023 - Serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober memicu pertempuran antara Israel dan Hizbullah di Lebanon, yang pada akhirnya mengurangi kehadiran kelompok tersebut di Suriah dan melemahkan Assad.

2024 - Pemberontak melancarkan serangan baru di Aleppo. Dengan sekutu Assad yang terfokus di tempat lain, pasukannya dengan cepat runtuh. Delapan hari setelah jatuhnya Aleppo, para pemberontak telah merebut sebagian besar kota besar dan memasuki Damaskus, menggulingkan Assad dari kekuasaan. [my/ka]