Tidak seperti di Indonesia, di Amerika Serikat sepak bola bukanlah olah raga yang merakyat. Pamornya juga kalah dari American football dan bola basket. Namun, pelatih dan pengamat sepak bola di AS optimistis olah raga itu akan semakin populer dan berkembang, setelah salah satu pesepak bola terbaik sepanjang masa, Lionel Messi, bergabung dengan klub Inter Miami dan merumput di negeri Paman Sam.
"Messi yang terbaik!" seru salah seorang penonton pertandingan antara Inter Miami dan Cruz Azul di Stadion Drive Pink di Kota Fort Lauderdale, Florida, kepada VOA, Jumat (21/7) lalu. Lionel Messi mencetak gol kemenangan bagi klub barunya, Inter Miami, dalam pertandingan perdananya di Amerika.
“Saya mencintaimu Messi!” seru penonton lainnya.
Antusiasme seputar kehadiran Messi dalam dunia sepak bola AS juga terasa di kalangan pemain muda di sekitar kota Miami.
Kakak-beradik Lucas (12) dan Diego Araujo (11), yang berdarah Argentina, sama-sama mengidolakan Messi. Berawal sebagai kegemaran yang diturunkan ayah mereka, keduanya sudah berlatih sepak bola sejak usia tiga tahun. Kini masing-masing bergabung dengan dua klub sepak bola berbeda di pinggiran Miami.
“Saya mulai bermain sejak saya berusia tiga tahun dan saya mulai bertanding ketika usia lima tahun,” ungkap Lucas kepada VOA (20/7) di lokasi mereka berlatih di kota Pembroke Pines, Florida.
Sementara itu, ketika ditanya bagaimana perasaan mereka mengetahui Messi bergabung dengan klub Inter Miami, Diego menjawab, “Saya sangat senang. Saya beruntung, dari jutaan klub di luar sana, ia memilih ke sini, ke Miami.”
Pelatih Lucas dan Diego di pusat latihan pesepak bola muda Trekkerz Performance Training di Florida Selatan, Kevin Chin, 40 tahun, melihat potensi besar sepak bola di wilayahnya.
“Ada potensi besar di sini, terutama karena ada pengaruh besar Amerika Selatan,” ungkap Kevin. “Kami mengalami kenaikan hampir 300% dalam pendaftaran anak yang mengikuti program kami.”
Menurutnya, minat anak-anak terhadap sepak bola semakin besar setelah tersiar berita tentang keputusan Messi berhijrah ke Amerika beberapa pekan terakhir. Orang tua juga semakin termotivasi melihat perkembangan positif itu.
“Akan ada lebih banyak kesempatan di sini, di Miami Dade dan Broward County. Hanya berkat kehadirannya, ada lebih banyak liputan media, lebih banyak invesitasi masuk,” tambahnya.
Meski popularitas sepak bola di AS masih kalah dari American football dan bola basket, pertumbuhannya paling pesat dibandingkan olah raga lain selama belasan tahun terakhir. Ketika football, basket dan baseball mengalami tren penurunan, jumlah orang yang memilih sepak bola sebagai olah raga yang paling mereka suka tonton justru naik lebih dari tiga kali lipat sejak tahun 2007.
Efek Messi tidak hanya melanda pemain muda laki-laki, tapi juga perempuan, ujar Patricia Tomanon, 29 tahun, pelatih sepak bola perempuan di Trekkerz. Sosok Messi menginspirasi mereka.
“Gaya permainannya yang sangat teknis dan tidak terlalu mengandalkan atribut fisiknya, yang saya lihat juga dalam pertandingan sepak bola perempuan, akan berperan penting membuat para pesepak bola perempuan melihat bahwa, ‘saya tidak harus tinggi atau kuat, tapi cukup menjadi pintar dan tahu penempatan keahlian saya,’” tutur Pat, sapaan akrabnya kepada VOA pada kesempatan yang sama. “Itu akan menjadi pengaruh besar dan sudah tampak saat ini,” ujarnya.
Patut dicatat, sepak bola perempuan Amerika lebih populer dan telah menorehkan sejumlah prestasi gemilang di kancah internasional. Dari delapan kali penyelenggaraan Piala Dunia Perempuan FIFA, timnas AS telah empat kali memboyong trofi utama kompetisi itu.
Sebelum Messi, sejumlah pemain besar pernah singgah di Amerika untuk melanjutkan karir mereka. Namun peran mereka beragam, kata Victor Matheson, profesor ekonomi di College of Holy Cross, Massachusetts, yang meneliti ekonomi olah raga.
Your browser doesn’t support HTML5
Pele, legenda sepak bola Brazil yang bergabung dengan Cosmos di New York pada 1975, berperan memperkenalkan sepak bola ke khalayak AS yang kala itu masih ‘buta’ olah raga tersebut, kata Matheson. Sementara bintang sepak bola Inggris David Beckham berjasa memperkenalkan Liga Utama Sepak Bola AS, Major League Soccer (MLS), ke dunia, ketika ia bermain untuk LA Galaxy pada kurun 2007-2012.
“Mungkin Messi tidak harus menjadi duta sepak bola seperti yang lain. Ia bisa cukup datang saja, bersenang-senang, menarik banyak orang, dan cukup bermain, alih-alih memegang peran penting untuk memimpin.”
Yang jelas, momentum penyambutan Messi dengan gegap gempita itu jangan sampai tidak dimanfaatkan lebih jauh untuk membangun persepakbolaan Amerika, kata pemilik Prodigy Soccer Training dan Pathway School, Christopher Munoz, 26 tahun.
“Bagi saya, rasanya seperti diterjang tsunami. Messi kini di Miami, ini hal besar. Kita perlu mendukungnya,” tuturnya. “Kita harus mengejar ketertinggalan dan membangunkan orang-orang untuk memanfaatkan kesempatan ini.”
Munoz, yang juga menjabat asisten pelatih Inter Miami CF Academy, menganggap infrastruktur hingga budaya sepak bola di Amerika perlu dikembangkan. Tanpa akses ke lapangan di lingkungan tempat tinggal, budaya sepak bola di masyarakat tidak akan terbangun.
Sementara bagi Kevin Chin, selain infrastruktur, peningkatan kualitas pelatih dan pendidikan sepak bola mutlak diperlukan untuk memupuk kemahiran para pemain muda demi lahirnya pemain-pemain profesional.
“Kita juga kekurangan pembinaan yang berkualitas, sehingga kita membutuhkan lebih banyak investasi dari para pakar di bidang pelatihan, untuk berbagi ilmu mereka, karena semangatnya ada, budayanya juga ada. Orang-orang haus akan ilmu, tapi belum ada pihak yang datang dan benar-benar menggarapnya,” ungkap Chin.
Pada Piala Dunia 2022 di Qatar Desember lalu, timnas AS harus puas tertahan di babak 16 besar setelah ditaklukkan Belanda. Sementara itu, Amerika Serikat – bersama Kanada dan Meksiko – kini sedang bersiap menjadi tuan rumah bersama Piala Dunia 2026, di mana Argentina, timnas yang dipimpin Messi tahun lalu, akan mempertahankan gelar sebagai juara.
Messi sendiri akan merumput bersama Inter Miami hingga Desember 2025. [rd/ab]