Lonjakan luar biasa migran yang berupaya meninggalkan Maroko menuju ke Spanyol pekan ini menimbulkan tekanan pada kota perbatasan yang sudah menderita.
Lebih dari 8.000 orang berupaya menyebrang ke Ceuta – yang merupakan kantong Spanyol – di tengah perselisihan diplomatik diantara kedua negara. Lebih dari separuh migran itu dipaksa kembali ke Maroko.
BACA JUGA: Remaja dan Anak-anak Migran Maroko Ditahan di PenampunganMereka yang gagal masuk ke Spanyol kini tidur di taman-taman atau luar masjid di kota Fnideq, sebagian lainnya mengemis makanan.
Fenomena ini semakin membebani sumber daya yang sudah terbatas di kota di Maroko itu, yang juga sudah kewalahan mengatasi perebakan pandemi virus corona. Kelompok-kelompok HAM dan anggota parlemen dari kelompok oposisi menuduh pemerintah Maroko menggunakan para migran sebagai pion, dan bukan menyelesaikan masalah mereka. [em/pp]