Presiden Joko Widodo dalam sambutannya usai meresmikan LRT Jabodebek berharap masyarakat dapat meninggalkan kendaraan pribadinya dan beralih ke transportasi publik.
“Kita harapkan masyarakat berbondong-bondong beralih ke LRT baik yang dari Cibubur dan sekitarnya maupun Bekasi dan sekitarnya sehingga kemacetan di jalan bisa kita hindari, dan juga polusi bisa dikurangi,” ungkap Jokowi.
Jokowi mengakui tidak mudah untuk membuat masyarakat sepenuhnya meninggalkan kendaraan pribadi untuk beraktivitas sehari-hari. Paling tidak, ini terbukti dengan mass rapid transit (MRT) Jakarta yang target penumpangnya belum terpenuhi sejak pertama kali diresmikan pada 2019.
“Meskipun setiap hari saya lihat penuh, tetapi kapasitas yang kita inginkan setiap hari 180 ribu penumpang (belum tercapai) dan hari ini masih 80 ribu. Masih ada kapasitas yang belum penuh terisi,” tuturnya.
Dengan anggaran yang mencapai Rp32,6 triliun, LRT Jabodebek memiliki 18 stasiun dalam dua lintas pelayanan, yakni Cibubur Line dan Bekasi Line. Cibubur Line melayani perjalanan dari Stasiun Harjamukti di Depok, Jawa Barat, menuju Stasiun Dukuh Atas di Jakarta dan melintasi 12 stasiun pemberhentian dengan jarak tempuh 24,3 kilometer.
Bekasi Line melayani perjalanan dari Stasiun Jati Mulya di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat menuju Stasiun Dukuh Atas dan melintasi 14 stasiun pemberhentian dengan jarak tempuh 27,3 kilometer.
Kementerian Perhubungan menyebut bahwa akan menerapkan tarif promo dalam kurun waktu sebulan ke depan, yakni hanya Rp5.000 untuk jarak tempuh dekat maupun jauh.
Sementara, tanpa promo, masyarakat akan dikenakan tarif sebesar Rp5.000 untuk kilometer (km) pertama, dan Rp700 untuk per km berikutnya.
Your browser doesn’t support HTML5
Masih ada Kekurangan
Pengamat Transportasi Darmaningtyas mengatakan dari segi sarana, prasarana maupun infrastruktur secara keseluruhan dari LRT Jabodebek ini sudah cukup bagus. Namun, ia menekankan bahwa integrasinya dengan moda transportasi lain masih buruk.
“Yang harus diperbaiki adalah soal integrasinya. Itu yang saya kira menjadi problem, terutama di stasiun-stasiun baik yang ke arah Harjamukti, Cibubur maupun yang arah Bekasi Timur. Itu saya kira integrasinya masih buruk sehingga itu yang menjadi PR supaya orang itu bisa mudah melakukan perjalanan dengan menggunakan Jabodebek. Tidak ada angkutan umum (menuju stasiun LRT). Kalaupun ada angkutan umum, itu tidak bisa masuk di stasiunnya,” ungkap Darmaningtyas.
BACA JUGA: Jokowi: LRT Jabodebek Beroperasi Penuh 26 AgustusSementara dari segi tarif, ia menilai, harga tersebut sudah cukup kompetitif bagi pengguna mobil pribadi. Menurutnya, jika sudah terintegrasi dengan moda transportasi lain secara baik, maka kalangan menengah ke atas tersebut akan beralih menggunakan LRT Jabobedek. Meski begitu, ia berpendapat tarif tersebut masih cukup mahal untuk pengguna sepeda motor dan KRL Commuter Line Jabodetabek.
“Biasanya alasan orang mau menggunakan angkutan umum atau tidak itu waktu tempuhnya. Kalau waktu tempuhnya cukup kompetitif, saya kira orang akan menggunakan angkutan umum. Kalau saya pernah naik itu bisa 45 menit tepat, nah itu menarik. itu dari Bekasi Timur ke Dukuh Atas dan Cibubur ke Dukuh Atas. Kalau naik mobil pribadi tidak ada kepastian waktu. Ini saya kira nilai lebih dari LRT,” katanya.
Pandu Adji Prakoso, seorang warga yang ikut menjajal LRT Jabodebek dari stasiun Harjamukti, Depok, Jawa Barat merasakan waktu tempuh perjalanan yang lebih singkat ke ibu kota dibandingkan dengan menggunakan kendaraan pribadi. Ia pun tertarik dan juga bangga bahwa transportasi publik saat ini sudah semakin banyak pilihannya dan cukup terintergasi.
“Saya rasa LRT ini cukup menjadi solusi untuk memecah kemacetan yang ada di Jakarta. Terus juga tadi saat mencoba dari Harjamukti, itu menurut saya sangat cepat. Biasanya kalau ditempuh dengan jalan tol dan jalan biasa itu bisa sampai 30-40 menit. Sedangkan ini saya cukup sampai 15 menit sudah sampai Cawang. Saya harap untuk LRT, bisa lebih banyak rutenya, lebih bervariasi karena saya merasa ini menjadi solusi kemacetan untuk daerah lain,” papar Pandu. [gi/ab]