Mei tahun lalu, pasukan Israel menewaskan 9 warga Turki yang berusaha menerobos blokade laut Israel terhadap Jalur Gaza.
Insiden pembunuhan yang terjadi tahun lalu itu mengakibatkan demonstrasi di mana-mana di Turki. Sembilan warga Turki tewas di atas kapal Mavi Marmara, yang merupakan bagian dari armada kapal yang berusaha menerobos blokade ekonomi Israel terhadap Jalur Gaza. Setahun kemudian, organisator utama armada itu, Badan Penyelamat Kemanusiaan dan Kebebasan (IHH), badan hak azasi manusia yang berkantor pusat di Turki sedang mempersiapkan upaya untuk menerobos blokade itu lagi.
Ketua IHH, Bulent Yildirim, mengatakan organisasinya sedang mempersiapkan armada di mana kapal-kapalnya akan berasal dari semua negara Eropa. Ia mengatakan kapal Turki Mavi Marmara akan bergabung lagi. Ia juga mengatakan intifada akan terus dilancarkan dari darat, laut, dan udara sampai blokade terhadap Gaza diakhiri.
Rencana pengiriman armada itu menyebabkan Duta Besar Israel Gaby Levy meminta Pemerintah Turki agar mencegahnya. Diplomat senior Turki Selim Yenel mengatakan tidak banyak yang dapat dilakukan pemerintahnya.
“Itu bukan aksi pemerintah, tetapi kami akan melakukan yang terbaik untuk mencegah ketegangan lebih jauh. Itu aksi LSM. Kami tidak dapat mencegah aksi pertama yang mereka lakukan, jadi menurut saya, kami juga tidak dapat mencegah yang kedua ini. Tetapi, tentu saja, jika armada itu mulai berlayar, kami akan meminta mereka lagi agar bertindak bijaksana. Menurut saya, Israel seharusnya melakukan hal yang lebih bijaksana,” ujarnya.
Namun, Guru Besar Universitas Istanbul, Nuray Mert, mengatakan Pemerintah Turki bisa campur tangan karena ada hubungan erat antara badan amal Islam yang mengorganisir pengiriman armada itu dengan Partai AK yang berkuasa di Turki yang juga punya akar dalam politik Islam. Mert mengingatkan, apabila armada kapal itu berlayar, aksi itu akan menghalangi kesempatan perbaikan hubungan antara Turki dan Israel.
Tetapi sikap tegas terhadap Israel menjadi slogan yang banyak digunakan warga Turki, khususnya di kalangan pendukung akar rumput Partai AK, menurut kolumnis politik surat kabar Turki Haberturk, Soli Ozel. Ia mengatakan hal itu menjadi pertimbangan penting dalam pemilihan mendatang Juni ini.
“Sebelum pemilu Pemerintah Turki tidak akan melakukan sesuatu yang terlihat seolah-olah mereka tunduk kepada Israel. Tetapi, saya harap aksi itu dapat terus berlangsung tanpa ada insiden besar dan kedua pihak bertindak sedikit lebih bijaksana,” ujarnya.
Para pengamat memperingatkan, dengan terjadinya kerusuhan di Suriah, hal terakhir yang akan terjadi di kawasan itu adalah munculnya krisis baru. Dengan jadwal keberangkatan armada yang tinggal beberapa minggu lagi, krisis baru akan muncul.