Machu Picchu, benteng peninggalan Inca yang merupakan destinasi pariwisata populer di Peru, dibuka kembali pada Minggu (1/11) setelah ditutup selama delapan bulan karena pandemi virus corona. Pembukaan ditandai dengan sebuah ritual kuno.
Namun, demi alasan keamanan, hanya 675 turis yang diperbolehkan mendatangi tempat itu setiap hari atau hanya 30 persen dibandingkan angka sebelum pandemi.
Di bawah hujan rintik-rintik, sebuah ritual Inca diadakan Minggu (1/11) sore untuk berterima kasih kepada para dewa atas pembukaan kembali bekas benteng itu.
Menteri Perdagangan dan Pariwisata Rocio Barrios mengatakan dalam pidatonya, "Hari ini, Machu Picchu dibuka dengan protokol (kesehatan dan keamanan), dibuka untuk mengatakan bahwa kami mengaktifkan diri tapi dengan tanggung jawab dan ekstra hati-hati, karena apa yang terjadi dunia" terkait pandemi."
Jumlah kasus virus corona telah berkurang dengan stabil di Peru, dan turis diharapkan untuk menjaga jarak.
Pembatasan sosial berskala besar berdampak besar pada puluhan ribu orang yang bergantung pada industri pariwisata di negara itu, terutama mereka di kawasan Cusco, dimana benteng itu berlokasi.
Banyak hotel, restoran dan bisnis terkait pariwisata di seluruh kawasan itu telah bangkrut ketika PSBB ketat yang berlangsung lebih dari 100 hari, dicabut pada Juli.
Machu Picchu, yang artinya gunung tua di Quechua, merupakan peninggalan paling abadi dari kerajaan Inca yang menguasai wilayah luas di bagian barat Amerika Selatan itu selama 100 tahun sebelum Spanyol menaklukannya pada abad ke-16.
Reruntuhan peradaban Inca itu kemudian ditemukan kembali oleh seorang penjelajah Amerika Hiram Bingham. Pada 1983, UNESCO menyatakan Machu Picchu sebagai Situs Warisan Dunia. [vm/ft]