Presiden Prancis Emmanuel Macron mendesak para pemimpin di Timur Tengah untuk bekerjasama mengatasi “perpecahan yang terjadi saat ini.” Ia menyampaikan hal tersebut dalam sebuah konferensi di Yordania pada Selasa (20/12) yang dihadiri para pemimpin Timur Tengah dan Uni Eropa, yang memusatkan perhatian pada peningkatan keamanan dan stabilitas di Irak.
Pertemuan itu melibatkan pejabat-pejabat tinggi di kawasan itu, termasuk dua negara yang saling bersaing – Arab Saudi dan Iran – bersama pemimpin dari Prancis, Irak, Turki, Mesir, Kuwait, Bahrain, Oman dan Uni Eropa.
Negara-negara itu mengatakan tujuan dari konferensi itu adalah untuk menunjukkan “dukungan bagi Irak, atas kedaulatan dan stabilitas, juga atas proses politik, kemajuan ekonomi dan pembangunan, serta upaya untuk membangun kembali Irak.”
Selama beberapa dekade stabilitas dan keamanan Irak telah terguncang oleh konflik internal dan eksternal. Invasi pimpinan Amerika Serikat pada tahun 2003 telah memicu kekerasan intens dan perselisihan sektarian yang berlangsung selama bertahun-tahun, termasuk terbentuknya kelompok ekstremis Negara Islam (ISIS) dan pemberdayaan faksi politik dan milisi yang didukung Iran.
Irak baru-baru ini lumpuh akibat kemacetan politik, di mana terjadi perselisihan tajam diantara mereka yang bersekutu dan menentang Iran. Irak telah berusaha berperan sebagai mediator antara Iran dan Arab Saudi. Tetapi serangkaian pembicaraan antara keduanya di Irak terhenti, ketika Iran dilaporkan menuduh Arab Saudi menghasut terjadinya protes di negaranya.
Pertemuan pada Selasa digelar sebagai tindak lanjut Konferensi Baghdad untuk Kerja Sama dan Kemitraan yang diselenggarakan di Irak tahun lalu dan diorganisir bersama Prancis.
Dalam beberapa tahun terakhir, Prancis semakin berperan aktif di wilayah itu, di mana Macron berusaha melakukan intervensi untuk menyelesaikan krisis politik di Lebanon.
Berbicara dalam konferensi pada Selasa, Macron menegaskan komitmen Prancis untuk stabilitas di kawasan itu, yang menurutnya sedang berjuang mengatasi kebuntuan, perpecahan, campur tangan asing dan masalah keamanan untuk mempromosikan perdamaian dan keamanan di kawasan itu.
Macron menggarisbawahi “kita harus mampu mengatasi perpecahan ini.” [em/jm]