Mahasiswa India Kecam Polisi sementara Protes UU Kewarganegaraan Kian Besar

Para demonstran melemparkan batu ke polisi yangbertugas saat berlangsungnya aksi protes menentang UU Kewarganegaraan di kawasan Seelampur, New Delhi, India, 17 Desember 2019. (Foto: dok).

Protes mahasiswa India yang berubah menjadi bentrokan dengan polisi hari Selasa (17/12) memicu tentangan baru di berbagai penjuru India terhadap undang-undang baru yang memberi jalur kewarganegaraan bagi migran non-Muslim yang memasuki India secara ilegal dari beberapa negara tetangganya.

Polisi melepaskan gas air mata pada hari Selasa (17/12) di kawasan Seelampur, New Delhi, untuk memukul mundur para demonstran yang mengerumuni barikade dan melemparkan batu. Protes juga dilaporkan berlangsung di negara bagian Benggala Barat, Kerala, Karnataka dan di tempat-tempat lain.

Pawai mahasiswa dari Jamia Milia Islamia University di New Delhi pada hari Minggu berubah menjadi kekacauan sewaktu demonstran membakar tiga bus. Polisi menanggapi dengan menembakkan peluru karet dan gas air mata. Video menunjukkan petugas berlarian mengejar demonstran yang tak bersenjata dan memukuli mereka dengan tongkat kayu.

BACA JUGA: Ribuan Mahasiswa India Gelar Protes RUU Amandemen Kewarganegaraan

Hanjala Mojibi, mahasiswa jurusan bahasa Inggris di perguruan tinggi yang mayoritas mahasiswanya Muslim itu mengatakan bahwa ketika ia dan teman-temannya melihat polisi memasuki kampus, mereka berjalan ke arah polisi dengan mengangkat tangan untuk mengisyaratkan bahwa protes mereka tidak disertai kekerasan.

“Polisi membuat kami berlima belas berlutut dan mulai memukuli kami. Mereka menggunakan banyak kata-kata vulgar. Salah seorang dari mereka membuka kaca mata saya, membantingnya ke tanah, memecahkannya dan menyuruh saya untuk menunduk,” kata Mojibi dengan bercucuran air mata pada suatu konferensi pers.

Secara bersamaan, polisi menyerbu Aligarh Muslim University di Uttar Pradesh, di bagian utara India, pada hari Minggu sambil menembakkan gas air mata dan mencederai lima mahasiswa yang berpartisipasi dalam demonstrasi pimpinan mahasiswa, kata juru bicara universitas, Rahat Abrar.

Shahid Hussain, mahasiswa jurusan sejarah mengatakan, polisi memecahkan kaca-kaca jendela asramanya dan melontarkan gas air mata ke dalamnya. Ia mengatakan setelah melarikan diri keluar bangunan asrama untuk menghindari asap tebal, polisi mendorongnya merapat ke pohon dan memukulinya dengan tingkat.

Juru bicara polisi Sunil Bainsla membantah pernyataan tersebut, dengan mengatakan tuduhan mengenai kebrutalan polisi itu sebagai “kebohongan.” [uh/ab]