Mahasiswa Indonesia di Luar Negeri Buka “Kamar Pelajar” Bagi Wisatawan

Mira Yuliani Roza, mahasiswa S2 dan tuan rumah Kamar Pelajar di Paris (Dok: Mira)

Berawal dari sebuah proyek mahasiswa Indonesia yang menawarkan jasa tempat tinggal bagi wisatawan Indonesia yang ingin berlibur ke Paris, kini Kamar Pelajar menjadi sebuah lokapasar akomodasi dengan sekitar 100 tuan rumah di seluruh dunia.

Berawal dari sebuah proyek yang diusung oleh organisasi Perhimpunan Pelajar Indonesia atau PPI di Paris, yang memberikan layanan jasa tempat tinggal bagi para wisatawan Indonesia yang ingin berlibur ke Paris, lahirlah Kamar Pelajar, yang tahun 2019 lalu menjadi sebuah lokapasar akomodasi atau marketplace yang menguntungkan, dari dan untuk warga Indonesia.

“Ide awalnya itu di Paris, Perancis, karena (di) Paris itu kan banyak sekali wisatawan dari Indonesia (dan) banyak juga pelajar Indonesia di sana,” ujar Satu Cahaya Langit, CEO dari Kamar Pelajar kepada VOA melalui Skype belum lama ini.

Satu Cahaya Langit, CEO Kamar Pelajar yang tinggal di Stockholm, Swedia (Dok: Satu Cahaya Langit)

Satu yang juga adalah mahasiswa S2 jurusan ilmu komputer di KTH Royal Institute of Technology di Stockholm, Swedia, melihat adanya “potensi yang besar” dari proyek mahasiswa ini dan memutuskan untuk menjadikannya sebagai “roda ekonomi PPI dan mahasiswa Indonesia yang ada di luar negeri.”

Dengan moto “Hemat, Nyaman, Tambah Teman,” wisatawan Indonesia, termasuk juga pelajar Indonesia di luar negeri, bisa mendapatkan akomodasi dengan harga yang murah dan terjangkau, dengan tuan rumah yang adalah mahasiswa asal Indonesia di luar negeri.

“Ketika kita travel ke luar negeri, kita kayak jauh dari orang Indonesia, enggak tahu siapa-siapa, tapi kalau kita tahu ada pelajar Indonesia, di kota yang kita tuju ini, kita jadi merasa lebih nyaman, lebih enak atau lebih akrab,” kata Satu yang sudah tinggal di Swedia sejak tahun 2015 lalu.

Para wisatawan bisa langsung menghubungi Kamar Pelajar melalui situs-nya, dan nanti akan dihubungkan dengan tuan rumah, sesuai dengan kebutuhan atau yang diinginkan.

“Kalau misalnya dia cewek, biasanya aku kasih ke host yang cewek juga di (Stockholm),” tambah Satu yang sudah pernah menjadi tuan rumah Kamar Pelajar sebanyak 8 kali.

Tidak Perlu Serba Komplit

Sebagai tuan rumah Kamar Pelajar, pelajar Indonesia tidak diharuskan untuk menyediakan akomodasi yang serba komplit.

Mira Yuliani Roza yang tengah mengambil program S2 jurusan audit dan kontrol manajemen di Pôle Paris Alternance Business School di Paris, pernah menjadi tuan rumah dan juga tamu untuk Kamar Pelajar. Menurutnya, terkadang mahasiswa di luar negeri memiliki kamar yang agak luas, yang bisa disewakan.

“Enggak harus beneran kamarnya aja yang disewain. Kita bisa nyewain sofa bed aja atau kayak extra bed, kita bisa tidur di kamar yang sama gitu,” jelas Mira Yuliani Roza yang pernah menjadi tuan rumah dan tamu Kamar Pelajar ini, melalui wawancara lewat Skype dengan VOA.

Jenis akomodasi yang ditawarkan harus disampaikan sebelumnya kepada tamu dan tempat yang ditinggali memperbolehkan tuan rumah untuk menerima tamu secara legal.

Sebagai contoh misalnya, ada mahasiswa yang tinggal di asrama kampus di suatu negara tertentu, yang tidak memperbolehkan adanya tamu yang menginap di kamarnya.

Tambah Teman Baru

Para mahasiswa seperti Mira Yuliani Roza yang pernah menjadi tuan rumah dan tamu di Kamar Pelajar merasa beruntung, karena mereka bisa mendapatkan teman baru di luar negeri.

Mira Yuliani Roza, mahasiswa S2 dan tuan rumah Kamar Pelajar di Paris (Dok: Mira)

“Kamar Pelajar ini benar-benar ‘ngonekin’ kita sesama orang Indonesia yang ada di luar negeri yang mungkin sama-sama butuh bantuan,” ujar Mira.

“Kita tujuannya juga enggak mau buat bisnis aja tapi kita pengin orang itu ketemu dan berteman, jadi untuk ke depannya dia punya relasi, punya teman nih, di kota ini,” tambah Satu.

Merupakan kepuasan tersendiri bagi Satu ketika mendengar cerita dari para mahasiswa yang mendapat teman baru dari Kamar Pelajar ini.

“Dia bilang, ‘Kak, makasih banget ya, udah bikin Kamar Pelajar ini. Aku lagi winter, musim ujian, lagi sendiri gitu kan, terus tiba-tiba ada tamu yang datang, dan tamunya seru.’ Jadi dia merasa kayak ada saudaranya yang nemenin gitu,” cerita Satu.

Peluang Kerja Bagi Mahasiswa

Saat ini Kamar Pelajar memiliki sekitar 20 hingga 40 pengurus yang terdiri dari mahasiswa Indonesia baik di luar negeri maupun di Indonesia, dan juga yang sudah bekerja.

“Kami suka dengan konsep mencampur kayak gitu. Jadi mahasiwa bisa belajar sama yang sudah kerja juga, terus mahasiswa yang di Indonesia juga bisa terinpirasi dari mahasiswa Indonesia yang di luar negeri, supaya dia mau belajar keluar negeri juga,” jelas Satu.

Jumlah pengurus juga tergantung dengan musim dan semester libur kuliah. Di musim panas biasanya Kamar Pelajar menerima mahasiswa yang ingin magang.

Tugasnya pun beragam, mulai dari mengadakan kampanye di media sosial, hingga menyelenggarakan acara virtual yang berhubungan dengan wisata ke luar negeri, pengalaman berwisata, dan pelajar.

“Kalau sebentar lagi lulus, tapi belum punya pengalaman internship, atau pengalaman kerja, dan mau merasakan gimana sih kerja di start up (red. perusahaan rintisan), environment-nya, cara kerjanya, kami pengin bisa bantu di bagian itu,” ujar Satu.

Tetap membawa ide awal sebagai sebuah proyek mahasiswa, Satu ingin agar orang bisa belajar berorganisasi dan bekerja melalui Kamar Pelajar ini.

“Kalau memang kami kebetulan lagi ada posisi yang bisa kami siapin, kami pasti terima,” ujarnya.

Your browser doesn’t support HTML5

Mahasiswa Indonesia di Luar Negeri Buka “Kamar Pelajar” Bagi Wisatawan Indonesia


Tidak Beroperasi Penuh Karena Pandemi

Sebelum pandemi COVID-19, Kamar Pelajar memiliki sekitar 100 tuan rumah yang tergabung di seluruh dunia, dimana sebagian besar berada di Eropa. Kini di tengah pandemi, Kamar Pelajar tidak beroperasi penuh, dan lebih banyak melakukan acara virtual.

Bersama para pengurus Kamar Pelajar. Selama pandemi Kamar Pelajar banyak melakukan acara virual yang berhubungan dengan wisata ke luar negeri (Dok: Satu Cahaya Langit)

Satu menambahkan, mereka juga tidak terlalu mempromosikan Kamar Pelajar, mengingat banyak negara yang melakukan pembatasan dan karantina wilayah.

“Berhenti banget sih enggak, kita cuman enggak promote aja gitu, tapi kalau ada request, itu kita tetap layani, dengan syarat safety regulation-nya harus tetap diutamain sesuai dengan kota dan negara yang dituju,” katanya.

Untuk ke depannya, Kamar Pelajar bercita-cita untuk menjadi perusahaan rintisan yang tidak hanya menawarkan akomodasi, tetapi juga berbagai layanan yang berhubungan dengan perjalanan, serta membuka peluang bagi tidak hanya mahasiswa Indonesia, namun juga diaspora Indonesia yang ingin menjadi tuan rumah. [di]