Mahkamah Agung AS Sambut Pengacara Tunarungu

Gedung Mahkamah Agung di Washington DC (Foto: dok).

Satu kelompok terdiri dari 13 pengacara tunarungu dan cacat pendengaran akan bergabung dengan para pengacara Mahkamah Agung Amerika dan disambut dengan suatu upacara pekan depan.

Asosiasi Pengacara Tunarungu dan Cacat Pendengaran (DHHBA) menyatakan ini akan menjadi kelompok terbesar pengacara semacam itu yang bergabung sekaligus dalam satu waktu dengan para pengacara Mahkamah Agung.

Upacara pada 19 April mendatang juga akan unik, di mana para pengacara akan diizinkan menggunakan ponsel mereka untuk membaca transkripsi dari proses hukum yang tengah berlangsung. Ponsel dan perangkat elektronik lain biasanya tidak boleh digunakan di ruang sidang.

Presiden DHHBA dan salah seorang pengacara yang akan diambil sumpahnya, Anat Maytal, mengatakan, bergabungnya mereka dengan pengacara di Mahkamah Agung merupakan preseden yang diharapkan dapat mendorong penyandang disabilitas lainnya untuk mengejar karier dan mempertimbangkan profesi di bidang hukum serta bersikap terbuka terhadap latar belakang yang beragam.

Maytal mengatakan kepada Associated Press bahwa ia meyakini ada kurang dari 300 pengacara praktik yang tunarungu dan cacat pendengaran di Amerika Serikat. Ia mengatakan sulit untuk mendapatkan akomodasi yang diperlukan untuk kuliah di fakultas hukum, mengikuti ujian pengacara atau bekerja di pengadilan.

Mahkamah Agung rutin menerima sekelompok pengacara ke perhimpunan pengacaranyanya. Pengacara harus mengisi dua halaman surat lamaran, menjadi anggota perhimpunan pengacara di mahkamah agung negara bagian mereka dengan catatan baik sedikitnya tiga tahun dan didukung oleh dua sponsor yang telah menjadi anggota perhimpunan pengacara Mahkamah Agung. Biaya pendaftarannya adalah 200 dolar.

Mahkamah memperkirakan ada 230 ribu anggota perhimpunan pengacaranya, dan setiap tahun anggotanya bertambah sekitar 4.000 orang.

Kebanyakan anggota hampir tidak pernah tampil berargumentasi di mahkamah, yang hanya menggelar dengar keterangan sekitar 80 kasus per tahun. [uh/lt]