Empat belas pastor di Nikaragua saat ini telah ditangkap dalam sebuah tindakan keras terhadap gereja Katolik di negara Amerika Tengah itu, dan mendorong Paus Francis meminta dilakukan dialog yang dia sampaikan dalam ibadah Senin (1/1).
Menurut daftar yang dibuat oleh Martha Molina, seorang pakar hubungan gereja Nikaragua yang diasingkan ke Amerika Serikat, pastor Gustavo Sandino dari kawasan utara Jinotega, telah ditangkap pada malam tahun baru.
Penahanannya merupakan yang terbaru dari gelombang penangkapan di bawah pemerintahan presiden sayap kiri bertangan besi, Daniel Ortega, yang dimulai pada 20 Desember lalu dengan penahanan terhadap Uskup Isidoro Mora.
“Saya mengikuti dengan dekat apa yang terjadi di Nikaragua, dimana para Uskup dan Pastor kehilangan kemerdekaannya,” kata Paus Fransiskus di Roma pada Senin.
“Saya berharap kita semua selalu mencari jalan dialog untuk mengatasi persoalan. Mari kita berdoa untuk Nikaragua hari ini,” tambahnya.
Hubungan antara gereja dan pemerintahan Ortega memburuk selama protes terhadap reformasi keamanan sosial pada 2018, dimana PBB memperkirakan sekitar 300 orang tewas.
Ortega menuduh bahwa komunitas keagamaan berada di belakang pihak oposisi selama aksi demonstrasi itu, setelah gereja melindungi pada pendemo.
Protes tersebut mengawali apa yang oleh para aktivis HAM dilihat sebagai penindasan besar bagi siapapun yang dianggap mengkritik pemerintah.
Baik pemerintah maupun pihak kepolisian tidak berkomentar terkait penangkapan-penangkapan terbaru ini.
BACA JUGA: Panglima Militer Nikaragua Tuduh Jurnalis Menjadi ‘Tentara Bayaran Informasi’Ortega adalah mantan pemimpin gerilya yang membantu memimpin revolusi yang menggulingkan rejim sayap kanan yang didukung AS pada 1979. Dia kemudian memimpin negara itu selama lebih dari satu dekade.
Dia kembali berkuasa pada 2007, dan telah dituduh menerapkan otoritarianisme karena dia mengasingkan dan memenjarakan para pembangkang dan musuh-musuhnya, membatalkan pembatasan masa jabatan presiden dan menerapkan kontrol terhadap semua cabang lembaga kenegaraan.
Negara di Amerika Tengah ini telah membubarkan lebih dari 3 ribu asosiasi, lembaga swadaya masyarakat dan serikat-serikat setelah demonstrasi pada 2018.
Ratusan pengkritik telah ditahan, termasuk beberapa orang yang mencoba menantang Ortega dalam pemilihan presiden pada 2021.
Pada Oktober, pihak berwenang menutup kantor lokal dari para imam Fransiskan, salah satu ordo Katolik.
Penangkapan ini bertujuan untuk membungkam dan menghancurkan gereja Katolik, kata Molina kepada AFP.
Lusinan organisasi kelompok orang-orang yang diasingkan dari Nikaragua pada Minggu menyerukan dalam sebuah pernyataan kepada komunitas internasional, untuk menghapus semua dukungan ekonomi dan politik kepada negara tersebut, dan membantu upaya pembebasan bagi 120 pembangkang yang dipenjara. [ns/jm]