Malam Kemenangan Donald Trump

  • Jim Malone

Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump, seusai memberikan pidato kemenangan di New York, 9 November 2016, didampingi oleh istrinya, Melania Trump (kanan) dan putra mereka, Barron Trump (AP Photo/John Locher).

Kemenangan Donald Trump (Partai Republik) atas Hilllary Clinton (Partai Demokrat), Rabu dinihari (9/11) merupakan salah satu kejutan politik terbesar dalam sejarah politik Amerika. Donald Trump akan menjadi presiden Amerika Serikat yang ke-45, bulan Januari.

Trump mengalahkan Clinton dengan memenangkan beberapa negara-bagian kunci yang menurut tradisi memilih Partai Demokrat menggegerkan Amerika dan seluruh dunia.

Beberapa jam sebelum ia dinyatakan sebagai pemenang tak banyak yang bisa membayangkan kemenangan Trump. Donald Trump yang menurut berbagai jajak pendapat semasa kampanye selalu tertinggal kinikeluar sebagai pemenang dalam hasil pemilu yang mengggerkan Amerika dan juga dunia.

"Saya baru saja ditelpon oleh Menteri Clinton. Ia mengucapkan selamat kepada kita, dan saya mengucapkan selamat kepada dia atas upayanya dalam kampanye yang memerlukan perjuangan besar," demikian sambutan Trump setelah pengumuman kemenangannya.

Trump dalam kata sambutannya itu segera berbicara dengannada rekonsiliasi setelah kampanye getir dan berlangsung cukup lama yang telah memecah-belah Amerika.

"Kini saatnya bagi Amerika untuk mengobati luka-luka yang telah memecah-belah kita. Kepada semua kalangan Partai Republik dan Partai Demokrat dan yang independen di seluruh pelosok negara, saya katakan sudah saatnya bagi kita untuk berkumpul bersama sebagai bangsa yang bersatu," kata Trump.

Trump juga mengirim pesan kepada para pemimpin dan negara-negara asing, yang hanya beberapa jam sebelumnya banyak memperkirakan kemenangan Clinton.

"Saya ingin memberitahu komunitas dunia bahwa sementara kami akan mendahulukan kepentingan Amerika, kami akan bersikap adil dengan setiap orang, dengan semua orang dan semua negara-negara lain. Kami akan kepentingan bersama, bukan pemusuhan, kemitraan, bukan konflik," lanjutnya.

Hillary Clinton belum secara terbuka mengakui kekalahan tetapi diperkirakan akan berpidato Rabu siang.

John Podesta ketua kampanye, berpidato di depan para pendukung yang kecewa karena tadinya mereka mengira akan mengadakan perayaan di aula konvensi New York.

"Saya tahu, saudara semua sudah lama berada di sini dan sudah larut malam pula dan kampanye pun berlangsung begitu lama. Tetapi yang dapat saya katakan adalah, bisa ‘kan kita menunggu sampai beberapa saat lagi?,” kata Podesta.

Partai Republik juga berhasil mempertahankan mayoritasnya di Senat dan juga di DPR Amerika. Trump menang di beberapa negara-bagian penting termasuk, Florida, Ohio, North Carolina dan bahkan Wisconsin, yang sejak tahun 1984 baru sekali ini memilih seseorang dari Partai Republik.

Trump menang karena membludaknya dukungan dari pemilih kelas pekerja kerah-putih, kata pakar David Schulz melalui Skype.

"Trump memang sangat berhasil dalam mendatangkan keTPS-TPS, para pemilih yang bukan pemilih tradisional, mereka tidak bisa dipastikan akan datang atau tidak ke TPS. Kedua, dalam pemilu ini ada semacam yang saya sebut kesenjangan antusiasme. Orang yang benar-benar suka pada Trump benar-benar ikut memilih, orang yang mendukung Clinton tidak begitu entusiastik," kata David Schulz.

Trump kini bersiap-siap untuk masa transisi kepresidenan dan pelantikannya bulan Januari yang bahkan tadinya sebagian pendukungnya meragukan apakah hal itu bisa terjadi. [is]