Malaysia membebaskan 105 pekerja migran perempuan, sebagian besar dari Indonesia, yang dipekerjakan pada siang hari dan dikurung pada malam hari.
KUALA LUMPUR —
Pihak berwenang di Malaysia telah membebaskan 105 orang pekerja migran perempuan, sebagian besar dari Indonesia, yang dipaksa bekerja sebagai pembantu rumah tangga pada siang hari dan tidak menerima gaji, kemudian dikurung pada malam hari oleh agen, menurut media setempat pada Senin (3/12).
Para pekerja perempuan tersebut dibebaskan pada Sabtu (1/12) dalam razia di sebuah gedung dekat ibukota Kuala Lumpur tempat mereka dikurung oleh agen tenaga kerja, menurut laporan tersebut.
Sejumlah 95 orang Indonesia, enam warga Filipina dan empat warga Kamboja masuk ke Malaysia pada beberapa bulan terakhir ini dengan visa kunjungan sosial yang tidak bisa dipakai untuk bekerja secara legal di negara tersebut, membuat mereka rentan terhadap kekerasan, ujar pejabat yang dikutip oleh media.
Pihak berwenang tidak dapat dihubungi untuk diminta komentar.
Surat kabar The Star menulis bahwa para perempuan tersebut dikunci di dalam tiga lantai sebuah gedung di negara bagian Selangor.
Mereka dikirim bekerja ke rumah-rumah di sekitar gedung pada siang hari sebagai pembantu rumah tangga, tapi kemudian dikurung pada malam hari, menurut direktur Departemen Imigrasi Selangor Amran Ahmad. Surat kabar tersebut mengatakan beberapa perempuan mengklaim agen tersebut mengambil bayaran mereka sebagai uang muka yang setara dengan gaji tujuh bulan untuk jasa perekrutan.
Gaji bulanan mereka adalah 700 ringgit (US$230), menurut laporan surat kabar tersebut.
Dua belas orang telah ditahan terkait pengurungan para tenaga kerja.
Sebagai salah satu negara di Asia Tenggara yang memiliki standar hidup tertinggi, Malaysia telah menjadi magnet untuk perempuan dari Indonesia, Filipina dan Kamboja yang mencari pekerjaan sebagai pembantu rumah tangga.
Namun, Indonesia memberlakukan larangan pengiriman pembantu rumah tangga ke Malaysia tiga tahun lalu karena tingginya jumlah kasus perempuan yang disiksa oleh majikan atau agen perekrut.
Indonesia, sumber utama pekerja domestik untuk Malaysia, mengumumkan Desember lalu bahwa larangan itu akan dicabut setelah kedua negara sepakat untuk melindungi pembantu rumah tangga lebih baik. Namun kejadian-kejadian baru terus berlanjut yang membuat Indonesia geram.
Pada Oktober, sebuah iklan di Malaysia yang menawarkan “diskon” pembantu rumah tangga dari Indonesia tersebar luas di Internet, memicu kemarahan warga Indonesia.
Bulan lalu, polisi Malaysia mengatakan sedang menyelidiki seorang pria di utara Malaysia yang diduga memperkosa pembantu rumah tangganya yang berasal dari Indonesia dan berusia 15 tahun. Dalam kasus terpisah, tiga polisi Malaysia didakwa pada November karena memperkosa perempuan Indonesia berusia 25 tahun di sebuah kantor polisi. (AFP)
Para pekerja perempuan tersebut dibebaskan pada Sabtu (1/12) dalam razia di sebuah gedung dekat ibukota Kuala Lumpur tempat mereka dikurung oleh agen tenaga kerja, menurut laporan tersebut.
Sejumlah 95 orang Indonesia, enam warga Filipina dan empat warga Kamboja masuk ke Malaysia pada beberapa bulan terakhir ini dengan visa kunjungan sosial yang tidak bisa dipakai untuk bekerja secara legal di negara tersebut, membuat mereka rentan terhadap kekerasan, ujar pejabat yang dikutip oleh media.
Pihak berwenang tidak dapat dihubungi untuk diminta komentar.
Surat kabar The Star menulis bahwa para perempuan tersebut dikunci di dalam tiga lantai sebuah gedung di negara bagian Selangor.
Mereka dikirim bekerja ke rumah-rumah di sekitar gedung pada siang hari sebagai pembantu rumah tangga, tapi kemudian dikurung pada malam hari, menurut direktur Departemen Imigrasi Selangor Amran Ahmad. Surat kabar tersebut mengatakan beberapa perempuan mengklaim agen tersebut mengambil bayaran mereka sebagai uang muka yang setara dengan gaji tujuh bulan untuk jasa perekrutan.
Gaji bulanan mereka adalah 700 ringgit (US$230), menurut laporan surat kabar tersebut.
Dua belas orang telah ditahan terkait pengurungan para tenaga kerja.
Sebagai salah satu negara di Asia Tenggara yang memiliki standar hidup tertinggi, Malaysia telah menjadi magnet untuk perempuan dari Indonesia, Filipina dan Kamboja yang mencari pekerjaan sebagai pembantu rumah tangga.
Namun, Indonesia memberlakukan larangan pengiriman pembantu rumah tangga ke Malaysia tiga tahun lalu karena tingginya jumlah kasus perempuan yang disiksa oleh majikan atau agen perekrut.
Indonesia, sumber utama pekerja domestik untuk Malaysia, mengumumkan Desember lalu bahwa larangan itu akan dicabut setelah kedua negara sepakat untuk melindungi pembantu rumah tangga lebih baik. Namun kejadian-kejadian baru terus berlanjut yang membuat Indonesia geram.
Pada Oktober, sebuah iklan di Malaysia yang menawarkan “diskon” pembantu rumah tangga dari Indonesia tersebar luas di Internet, memicu kemarahan warga Indonesia.
Bulan lalu, polisi Malaysia mengatakan sedang menyelidiki seorang pria di utara Malaysia yang diduga memperkosa pembantu rumah tangganya yang berasal dari Indonesia dan berusia 15 tahun. Dalam kasus terpisah, tiga polisi Malaysia didakwa pada November karena memperkosa perempuan Indonesia berusia 25 tahun di sebuah kantor polisi. (AFP)