Malaysia Lantik Raja Baru

Raja Malaysia Sultan Ibrahim Iskandar memberi hormat kepada pengawal kehormatan saat upacara penyambutan di Istana Nasional di Kuala Lumpur, pada 31 Januari 2024. (Foto: AFP)

Malaysia pada Rabu (31/1) melantik rajanya yang baru, yang gemar bersepeda motor dan bicara blak-blakan, dalam upacara rumit berdasarkan tradisi berabad-abad. Raja yang juga miliarder itu bertekad akan memainkan peran kunci dalam memastikan stabilitas politik.

Posisi baru Sultan Ibrahim Sultan Iskandar lebih banyak seremonial, tetapi dalam beberapa tahun terakhir ia banyak ditampilkan dalam lanskap politik negara yang sangat terpecah.

Selain mengawasi penunjukan politik penting, raja juga menjadi pemimpin resmi Islam di negara yang mayoritas penduduknya Muslim itu dan juga panglima tertinggi angkatan bersenjatanya.

Bloomberg memperkirakan Sultan Ibrahim dan keluarganya, penguasa Johor, negara bagian di selatan, memiliki kekayaan bernilai $5,7 miliar, termasuk lahan di Singapura dan investasi di berbagai perusahaan di antaranya kelapa sawit, real estat dan telekomunikasi.

Ratu Malaysia Tunku Azizah Aminah Maimunah Iskandariah, kanan, memeluk kakaknya Sultan Ibrahim Iskandar dari Johor usai pemilihan raja Malaysia berikutnya di Istana Nasional Kuala Lumpur Jumat, 27 Oktober 2023. (Foto: via AP)

Mengenakan busana upacara kerajaan berwarna biru, lelaki berusia 65 tahun itu pada Rabu (31/1) mengambil sumpah jabatan dalam upacara tradisional di istana nasional di ibu kota, Kuala Lumpur.

“Dengan sumpah ini, saya dengan sungguh-sungguh dan benar-benar menyatakan kesetiaan saya untuk memerintah Malaysia secara adil sesuai dengan hukum dan undang-undang,” kata Sultan Ibrahim dalam acara yang ditayangkan TV secara nasional dan dihadiri oleh PM Anwar Ibrahim serta elite penguasa lainnya.

Sultan Ibrahim dipilih tahun lalu oleh keluarga kerajaan untuk menjadi kepala negara berikutnya, dan upacara penobatannya akan diselenggarakan dalam beberapa bulan.

Malaysia adalah negara monarki konstitusional, dengan pengaturan unik di mana takhta akan berpindah setiap lima tahun di antara para penguasa di sembilan negara bagian Malaysia yang dipimpin oleh keluarga kerajaan Islam yang usianya telah berabad-abad.

BACA JUGA: Malaysia Segera Menobatkan Raja Baru

Meskipun lebih bersifat seremonial, posisi raja dalam beberapa tahun ini memainkan peran yang semakin penting.

Campur tangan kerajaan diperlukan untuk menunjuk perdana menteri sebanyak tiga kali setelah runtuhnya pemerintahan dan parlemen yang digantung selepas pemilu dalam beberapa tahun ini.

Dalam wawancara dengan harian The Straits Times Singapura pada Desember lalu, Ibrahim mengatakan ia tidak tertarik menjadi “raja boneka.”

“Ada 222 orang dari Anda di parlemen. Ada lebih dari 30 juta orang warga di luar sana. Saya tidak bersama Anda, saya bersama mereka,” katanya seperti yang dikutip surat kabar itu. “Saya akan mendukung pemerintah, tetapi jika saya pikir mereka melakukan sesuatu yang tidak pantas, saya akan memberitahu mereka.”

Raja juga mempunyai kekuasaan untuk memberi pengampunan. Pada 2018, Sultan Muhammad V, salah seorang pendahulu Ibrahim, memberi grasi kepada Anwar, yang menjalani hukuman penjara karena sodomi. [uh/ab]