Itulah lagu yang mengiringi senam AW S3, yang diikuti para penggemarnya yang kebanyakan berusia setengah baya dan para lanjut usia atau lansia.
Penciptanya, Andrie Wongso, 68 tahun asal Malang mengatakan kepada VOA, “AW adalah nama saya, Andrie Wongso dan S3 singkatan dari Sehat, Semangat dan Senang. Jadi yang paling penting bagi manusia adalah kesehatan, nomer satu. Lalu ada enerji, semangat, antusias, itu nomer dua. Ketiga adalah senang, karena kalau sehat dan sukses tapi hati tidak senang ya percuma.”
Ceritanya, Andrie Wongso sendiri yang semasa muda mempraktikkan Kung Fu, pernah mengalami sakit pada lututnya. Namun ia tidak mau menjalani operasi lutut.
“Kira-kira pada tahun 2012 sampai 2015 sekitar tiga tahun, saya mengalami cedera lutut. Saya sudah ke dokter di Singapura dan Malaysia. Kedua dokter menganjurkan saya untuk operasi. Saya tidak mau maka saya terus berusaha mencari penyembuhan sendiri,” tuturnya.
Akhirnya dengan perpaduan antara senam dan yoga, ia menciptakan senam yang menurutnya, jika dilakukan setiap hari dalam seratus kali gerakan, mampu melunakkan sendi-sendi sehingga otot lutut lebih lentur dan tidak terasa sakit lagi.
“Tujuan saya supaya lutut saya sembuh dan menolong banyak orang, apalagi bagi mereka yang belum terkena pengapuran, pengeroposan tulang dan syaraf terjepit. Maka dengan gerakan 100 sampai 300 kali di atas lantai selebar dan sepanjang kaki sudah cukup,” tambahnya.
Menurut seorang dokter orthopedic (spesialis tulang), Anita Kurniawati, yang menjalankan praktek di Jakarta, nyeri lutut dapat disebabkan berbagai hal, seperti kelebihan berat badan, dan faktor lain seperti yang ia jelaskan kepada VOA.
“Jadi sakit lutut itu sebenarnya proses alami penuaan. Kalau istilah sakit lutut itu lebih ke pengapuran sendi bahasa awamnya, tetapi Bahasa kedokterannya osteo achritis. Nah itu secara alami bisa dialami oleh kita semua, terutama wanita,” jelasnya.
Ditanya apakah senam semacam itu bermanfaat untuk kesehatan lutut, dokter Anita mengatakan, “Senam ini membantu kaum muda, dewasa muda maupun kaum lansia, karena dalam senam ini semua (anggota tubuh) bergerak, jadi dari sendi lutut, bahu, pergerakan kaki semua bergerak dalam porsi yang tidak memberatkan lutut itu sendiri.”
Latihan pernapasan dan perentangan atau stretching seperti yang dilakukan di dalam yoga juga penting bagi para lansia, seperti dijelaskan seorang diaspora Indonesia, pengajar yoga bersertifikat di AS, Anie Turchie, 71 tahun, yang telah puluhan tahun mengajar senam dan yoga.
Your browser doesn’t support HTML5
“Kalau sudah kekurangan pelumas di lututnya, nah itu harus pakai alat pembantu seperti kursi, meja atau dinding ketika melakukan gerakan senam. Yang lebih utama sekali, mereka harus menggunakan pernafasan, misalnya tumit diangkat dan ambil nafas, lalu kakinya ditekuk dan keluarkan nafas. Jadi dengan pernafasan itu akan banyak menolong,” jelas Anie.
Baik Andrie Wongso maupun Anie Turchie mengatakan, berbagai latihan dapat mendukung kesehatan pisik dan mental bagi siapapun. Mengenai lamanya latihan, kembali ia menjelaskan, “Pemanasan (warming up) itu setengah jam untuk leher, pundak, dada, kaki. Lalu senam bawah: perut dengan sit up dan sebagainya juga setengah jam. Setelah itu baru meditasi 5 menit tentang senam olah pikir untuk ketenangan."
Dalam situs familydoctor.org Amerika yang mendapat penghargaan dari Yayasan para dokter keluarga atau AAFP (American Academy of Family Physicians) ditulis, lansia berusia 65 tahun ke atas harus melakukan latihan aerobik sedang (seperti jalan cepat) setidaknya 2,5 jam seminggu. Itu berarti sekitar 30 menit pada sebagian besar hari dalam seminggu. [ps/em]