Seorang mantan duta besar Inggris untuk Myanmar yang sekarang mengepalai kelompok penasihat etika bisnis di negara Asia Tenggara itu telah ditangkap, kata sebuah media online independen di negara itu, Kamis (25/8).
Vicky Bowman, yang menjabat sebagai duta besar Inggris pada 2002-2006, ditahan Rabu malam dan dibawa ke Penjara Insein Yangon, kata sebuah laporan di Myanmar Now, sebuah layanan berita online. Media itu mengatakan, suaminya, artis Myanmar Htein Lin, juga ditahan.
Laporan tersebut mengutip sumber yang dekat dengan keluarga Bowman yang mengatakan bahwa ia diperkirakan akan didakwa melanggar Undang-Undang Imigrasi Myanmar. Myanmar Now, seperti kebanyakan media independen negara itu, terpaksa beroperasi secara diam-diam karena kontrol ketat yang diberlakukan oleh pemerintah militer.
Seorang teman Htein Lin, yang meminta agar namanya tidak diungkapkan karena takut akan pembalasan pemerintah, mengatakan kepada Associated Press bahwa mereka ditangkap oleh pasukan keamanan pada hari Rabu ketika mereka tinggal sementara di Yangon. Ia mengatakan mereka telah tinggal selama bertahun-tahun di Kalaw di negara bagian Shan di Myanmar Timur. Alasan penahanan mereka belum diketahui. Undang-undang Keimigrasian memiliki ketentuan yang dapat memberikan alasan untuk menahan pengunjung asing karena melanggar ketentuan visa mereka.
Sejak 2013, Bowman telah mengepalai Pusat Bisnis Bertanggung Jawab Myanmar. Organisasi itu bertujuan mempromosikan HAM melalui bisnis yang bertanggung jawab di Myanmar. Tugas pertama Bowman sebagai diplomat di Myanmar adalah pada 1990-1993 sebagai sekretaris kedua Kedutaan Besar Inggris.
Htein Lin adalah seorang seniman dan aktivis politik veteran yang masih berstatus mahasiswa ketika berpartisipasi dalam pemberontakan Myanmar yang gagal tahun 1988 melawan kekuasaan militer. Ia juga seorang tahanan politik di bawah pemerintahan masa lalu.
Beberapa laporan, termasuk dari BBC, mengatakan bahwa hanya Bowman yang ditangkap dan suaminya kemudian pergi ke tempat penahanannya untuk membantunya. Tidak ada pernyataan langsung dari pemerintah militer tentang situasi tersebut.
Seorang juru bicara Kedutaan Besar Inggris mengatakan kepada Associated Press melalui email bahwa “Kami prihatin dengan penangkapan seorang perempuan Inggris di Myanmar. Kami berhubungan dengan pihak berwenang setempat dan memberikan bantuan konsuler.'' Seperti biasa karena masalah privasi, kedutaan tidak memberikan rincian lebih lanjut. [ab/uh]