Mantan presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump melancarkan sebuah kampanye intensif terhadap Kejaksaan Agung AS dan mendesak lembaga itu untuk mengubah kekalahan dirinya pada pemilihan presiden AS dalam minggu-minggu terakhir masa jabatannya.
Hal itu diungkapkan oleh pemimpin Kejaksaan Agung AS itu dalam kesaksiannya dengan para anggota kongres, seperti dikatakan oleh seorang Senator Partai Demokrat senior hari Minggu (8/8).
Mantan penjabat Jaksa Agung, Jeffrey Rosen, memberikan kesaksian “sangat berharga” selama sidang tertutup selama tujuh jam hari Sabtu, di mana dia menuduh Trump berusaha mengubah hasil pemilihan presiden, kata Ketua Komite Yudisial Senat kepada CNN.
Menurut Senator Richard Durbin, Rosen memberi kesaksian bahwa Trump secara langsung menekan dirinya agar secara bohong mengatakan bahwa penyelidikan kecurangan pemilu yang sedang berlangsung telah menimbulkan keraguan terhadap kemenangan Presiden Joe Biden.
“Ini nyata, sangat nyata, dan sangat spesifik,” kata Durbin tentang tekanan dari Trump pada diri Rosen. “Mantan presiden itu tidak berbasa-basi kalau dia menginginkan sesuatu.”
Durbin, Senator partai Demokrat dari negara bagian Illinois, yang mengetuai Komite Yudisial Senat, memuji Rosen, seorang pengacara konservatif, atas kerja samanya dengan penyelidikan oleh Komite Yudisial terhadap perilaku Trump pasca pemilihan presiden.
“Menurut saya sejarah akan menilai Rosen "secara ramah", setelah ini semua berakhir,” kata Durbin. “Untung Amerika memiliki seseorang seperti Rosen dalam posisi itu.”
Kesaksian Rosen datang satu minggu setelah Komite di DPR merilis dokumen Kejaksaan Agung yang menunjukkan Trump mendesak pejabat top di badan itu untuk secara berbohong mengklaim bahwa kekalahannya dalam pemilihan merupakan kecurangan.
"Bilang saja bahwa pemilu itu korup + sisanya serahkan kepada saya dan anggota Kongres R. (maksudnya, Republikan, red.)," kata Trump kepada Rosen, dalam pembicaraan telepon pada 27 Desember, demikian menurut sebuah catatan tulisan tangan yang dibuat oleh pembantu Rosen.
Catatan itu memperlihatkan Rosen memberitahu Trump bahwa lembaga yang dipimpinnya tidak bisa dan tidak akan mau “mengubah hasil pemilihan presiden.”
Durbin mengatakan dalam wawancara dengan CNN itu bahwa komite yang dipimpinnya ingin memperoleh kesaksian dari mantan Jaksa Agung Bill Barr, yang digantikan oleh Rosen pada minggu-minggu terakhir masa kepresidenan Trump.
Barr mengundurkan diri dari jabatannya pada bulan Desember 2020, tidak lama setelah Electoral College mengkonfirmasi kekalahan Trump dari Biden.
Barr membuat Trump marah karena dia tidak mendukung klaim Trump yang palsu bahwa pemilihan pada 3 November itu dicemari oleh berbagai kecuarangan. Berbagai pengadilan, pejabat pemilihan negara bagian, dan anggota pemerintahan Trump membantah klaim itu dan menyatakannya tidak berdasar.
Durbin juga mengatakan, dia ingin mendengar dari mantan asisten jaksa agung Jeffrey Clark, yang dilaporkan bersekongkol dengan Trump untuk berusaha memecat Rosen sehingga dia bisa mengambil alih pimpinan di Kejaksaan Agung.
“Saya ingin mendengar dari Jeffrey Clark,” kata Durbin. “Dia adalah calonnya Trump (sebagai Jaksa Agung, red.) seandainya Rosen tidak mau melakukan apa yang diinginkannya. Dan Rosen tetap teguh.” [jm/pp]