Mantan penasihat Gedung Putih Amy Pope memenangkan pemungutan suara di Jenewa hari Senin (15/5) untuk memimpin badan migrasi PBB, mengalahkan pesaingnya – petahana asal Portugal yang didukung negara-negara Eropa – dalam pemilihan yang sengit.
Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) mengatakan, Pope akan menjadi perempuan pertama yang memimpin organisasi tersebut mulai 1 Oktober mendatang selama lima tahun ke depan.
Pope, yang menjabat Wakil Direktur Jenderal bidang Manajemen dan Reformasi IOM, mengambil cuti untuk berkampanye menghadapi atasannya, Antonio Vitorino, yang telah menjabat sejak 2018.
Melalui Twitter, Pope mengaku “tersanjung dan merasa terhormat” telah dipilih oleh 175 negara anggota IOM sebagai direktur jenderal yang baru.
“Saya siap bekerja sama dengan SEMUA negara anggota dan mitra global kami untuk membuka peluang yang tercipta oleh migrasi yang efektif, tertib dan manusiawi,” tulisnya.
Pada 2021, Pope menjabat posisi Penasihat Senior bidang Migrasi Presiden AS Joe Biden, yang secara terbuka mendukung pencalonannya sebagai dirjen IOM.
“Sebagai donor bilateral terbesar bagi IOM, Amerika Serikat sangat mendukung visi Ibu Pope dan berharap dapat bekerja sama dengannya untuk mengimplementasikan reformasi kritis yang diperlukan untuk menciptakan IOM yang lebih efektif dan inklusif,” kata Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dalam sebuah pernyataan.
BACA JUGA: Migran Bergegas Masuki AS Setelah Berakhirnya Pembatasan SuakaLebih dari 100 juta orang di seluruh dunia terpaksa mengungsi dan IOM berusaha untuk menjamin migrasi yang manusiawi dan tertib dan turun tangan ketika diperlukan.
Vitorino, mantan Komisioner Eropa yang dekat dengan rekan sebangsanya Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, membangga-banggakan kenaikan anggaran tahunan lembaganya sebagai salah satu pencapaian kepemimpinannya.
Saat ditanya mengenai pemilihan dirjen IOM awal tahun ini, Vitorino menggambarkannya sebagai sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya.
“Kita tidak pernah memiliki pemilihan, di mana direktur jenderal petahana menghadapi salah satu wakil dirjennya. Kita anggap saja ini sebagai sebuah inovasi,” kata Vitorino kepada wartawan Maret lalu.
Pada saat itu ia mengaku didukung oleh Portugal dan menerima “dorongan kuat” dari Uni Eropa. [rd/jm]