Pidato mantan penasihat Gedung Putih Steve Bannon pada hari Sabtu (10/3) dalam sebuah pertemuan partai ekstrem kanan yang penting di Perancis telah memberi dorongan pada pemimpinnya yang sedang berjuang, Marine Le Pen. Pada masa gerakan ekstrem kanan Eropa lainnya melonjak dengan platform anti-imigran, Front Nasional Perancis melemah dan terpecah.
Le Pen berharap dapat menggalang pendukung bagi partai yang akan diberi nama baru - dan mungkin arah baru itu.
Partai-partai ekstrem kanan di Austria dan Italia mungkin sedang merayakan hasil jajak pendapat baru-baru ini, namun Front Nasional Perancis menunjukkan seberapa cepat politik dapat berubah. Kurang dari setahun yang lalu, pemimpin Front Nasional Marine Le Pen berada di urutan kedua dalam pemilihan presiden Perancis melawan pemimpin saat ini Emmanuel Macron. Le Pen berhasil merebut sepertiga suara..
Tapi sekarang, Front Nasional berantakan. Beberapa pejabat tingginya telah berhenti. Sebagian anggota belum membayar iuran dan pemimpin baru partai Les Republicains yang lebih dikenal mulai condong ke kanan untuk menarik lebih banyak orang. Jajak pendapat baru-baru ini menunjukkan mayoritas orang Perancis tidak ingin Le Pen mencalonkan diri lagi sebagai presiden.
Namun, Le Pen berharap pertemuan akhir pekan ini di kota Lille akan membuka babak baru, dengan memberi citra baru bagi partai yang didirikan oleh ayahnya, Jean-Marie Le Pen, pada tahun 1970-an. Anggota Front Nasional akan memilih nama baru untuk partai tersebut, yang diumumkan akan diumumkan hari ini.
"Front Nasional telah menjadi dewasa," kata Le Pen kepada TV Perancis Jumat (9/3) malam.
"Partai ini telah berubah dari sebuah partai protes pada masa mudanya, ke partai oposisi dan sekarang menjadi partai pemerintahan. Mengubah namanya adalah salah satu cara untuk menunjukkan hal itu," tambahnya.
Baca juga: Pemimpin Sayap Kanan Perancis Dituding Salah Gunakan Dana Uni Eropa
Perubahan nama merupakan bagian dari upaya panjang Le Pen untuk memberi Front Nasional sebuah citra yang lebih lunak dan lebih akrab dengan publik sejak mengambil alih pimpinan dari ayahnya, tujuh tahun yang lalu. Sejak itu Keduanya telah berselisih paham, dan Jean-Marie Le Pen diusir dari partai tersebut pada tahun 2015 karena ucapan-ucapannya yang bersifat menghasut. Sementara itu, Marine Le Pen berharap bisa menciptakan aliansi dengan partai nasionalis lainnya sebelum pemilihan Parlemen Eropa tahun depan.
Beberapa kalangan tidak yakin strateginya akan berhasil.
Para pengecam termasuk mantan tangan kanan Le Pen, Florian Philippot, yang keluar dari Front Nasional tahun lalu untuk membentuk partainya sendiri.
Dalam sebuah wawancara TV, Philippot mengatakan tidak ada lagi orang yang percaya pada Front Nasional – termasuk Marine Le Pen sendiri. Dia mengatakan partai tersebut telah meninggalkan kaidah perjuangan sosial dan nilai-nilai anti-Eropa.
Namun, para analis yakin platform anti-imigran, anti-globalisasi yang bergema di Eropa saat ini akan terus memberi makna dan suara bagi Front Nasional - apa pun nanti nama penggantinya. [as]