Mantan Perdana Menteri China Li Keqiang tutup usia pada hari Jumat (27/10) karena serangan jantung, hanya sepuluh bulan setelah pensiun dari jabatannya yang berlangsung selama satu dekade di mana pamornya meredup.
Tokoh yang pernah dipandang sebagai pesaing utama kepemimpinan Partai Komunis, Li dikesampingkan dalam beberapa tahun terakhir oleh Presiden Xi Jinping, yang memperketat cengkeramannya pada kekuasaan dan mengarahkan negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia itu lebih menuju pengarahan yang statis.
Ekonom elit lulusan Universitas Peking ini dipandang sebagai pendukung ekonomi pasar yang lebih liberal, tetapi harus tunduk pada preferensi Xi yang menginginkan lebih banyak kontrol negara.
"Kamerad Li Keqiang, ketika sedang beristirahat di Shanghai dalam beberapa hari terakhir, mengalami serangan jantung mendadak pada tanggal 26 Oktober dan setelah upaya-upaya habis-habisan untuk menyadarkannya gagal, ia meninggal di Shanghai pada tanggal 27 Oktober pukul 00.10," demikian lapor stasiun televisi pemerintah, CCTV. Laporan itu menambahkan bahwa obituari akan diterbitkan kemudian.
BACA JUGA: Diplomat Tinggi China: AS dan China Perlu “Dialog Komprehensif”Li adalah perdana menteri dan kepala Kabinet China di bawah Xi selama satu dekade sampai akhirnya ia mengundurkan diri pada bulan Maret.
"Tidak peduli bagaimana situasi internasional berubah, China akan dengan teguh memperluas keterbukaannya," kata Li pada penampilan terakhirnya di depan publik dalam sebuah konferensi pers di bulan Maret. "Sungai Yangtze dan Sungai Kuning tidak akan mengalir mundur."
Li lahir di provinsi Anhui di China timur, sebuah daerah pertanian miskin di mana ayahnya menjadi pejabat dan di mana dia dikirim untuk bekerja keras di ladang selama Revolusi Kebudayaan.
Pada tahun 2020, Li mengatakan bahwa 600 juta orang di China berpenghasilan kurang dari US$140 per bulan. Pernyataan itu memicu perdebatan tentang kemiskinan dan ketidaksetaraan pendapatan. [em/rs]