Mantan Perdana Menteri Israel Ariel Sharon meninggal pada usia 85 tahun di sebuah rumah sakit, dekat Tel Aviv.
Direktur Sheba Medical Center Shlomo Noy mengatakan Mantan Perdana Menteri Israel Ariel Sharon meninggal dunia dengan damai, Sabtu (11/1) disisi keluarganya.
Dalam suatu keterangan singkat, Noy mengatakan mantan pemimpin Israel itu telah berjuang dengan "kekuatan yang mengejutkan" dan "tekad" sementara kondisinya memburuk selama seminggu terakhir.
Beberapa kali selama tujuh tahun terakhir, kata Noy, mantan pemimpin militer dan politik itu dalam keadaan yang disebut "kesadaran minimal," tapi tidak pernah ada komunikasi verbal.
Ariel Sharon sudah menjadi pahlawan militer Israel jauh sebelum menjadi perdana menteri pada tahun 2001, dan stroke yang membuatnya lumpuh itu terjadi pada puncak kekuasaannya. Ia digantikan sebagai perdana menteri oleh Ehud Olmert.
Sharon mungkin paling diingat sebagai pemimpin alot yang tidak tanggung-tanggung bertindak untuk membela warga Israel. Dia mengawasi penarikan Israel dari Jalur Gaza pada tahun 2005.
Sebelum menjadi Perdana Menteri, dia menjabat di bawah beberapa pemimpin Israel. Dia mendukung pembangunan permukiman Yahudi di seluruh wilayah Palestina.
Perdana Menteri Israel saat ini, Benyamin Netanyahu, mengatakan ada "kesedihan mendalam" di negara Yahudi itu atas kematian Sharon. Mantan pemimpin itu, menurutnya akan hidup selamanya di dalam hati bangsa Israel.
Presiden Amerika Barack Obama dan para pemimpin dunia lainnya mengirim pesan belasungkawa kepada Israel dan keluarga Sharon. Sementara itu, warga Palestina yang menilai mantan menteri itu sebagai musuh yang menyebalkan, bersukacita atas berita kematiannya.
Pada Minggu (12/1), masyarakat akan bisa memberi penghormatan kepada Sharon di parlemen Israel, Knesset di Yerusalem. Pada Senin, upacara resmi kenegaraan akan diadakan di Knesset diikuti pemakaman di peternakan milik Sharon di wilayah Negev, Israel selatan.
Sharon adalah salah seorang tokoh paling berpengaruh dan kontroversial di Israel, baik sebagai komandan militer maupun pemimpin politik. Sebagai komandan militer, ia menuai kecaman internasional karena melancarkan serangan pembalasan terhadap kota Qibya di Yordania pada 1953.
Serangan itu menyebabkan 69 orang tewas, sebagian besar perempuan dan anak-anak. Israel melancarkan serangan itu setelah seorang perempuan dan dua anaknya dibunuh di kota Yehud. Sebagai menteri pertahanan pada 1982, ia memimpin invasi Lebanon, menyusul serangkaian serangan oleh kelompok bersenjata Palestina yang berbasis di negara itu.
Dalam invasi itu, anggota milisi Kristen Lebanon bersekutu dengan Israel, membunuh ratusan orang di kamp pengungsi Palestina di Beirut. Penyidikan pemerintah atas insiden itu menyebabkan pengunduran diri Sharon. Sebagai politisi, Sharon mengisi sebagian besar hidupnya dengan memperjuangkan Zionisme pengembangan wilayah.
Tetapi, pada 2005, ia mengejutkan dunia dan beberapa sekutu ketika memutuskan menarik semua pasukan Israel dan pemukim dari Jalur Gaza. Ia kemudian keluar dari Partai Likud dan membentuk gerakan Kadima yang berhaluan tengah, yang mengupayakan penarikan lebih lanjut dari beberapa wilayah untuk mendirikan negara Palestina yang terpisah.
Perunding dunia, termasuk Menteri Luar Negeri Amerika John Kerry, sedang berusaha membuat Israel dan Palestina menyetujui kesepakatan kerangka-kerja perdamaian yang mengarah ke solusi dua negara.
Dalam suatu keterangan singkat, Noy mengatakan mantan pemimpin Israel itu telah berjuang dengan "kekuatan yang mengejutkan" dan "tekad" sementara kondisinya memburuk selama seminggu terakhir.
Beberapa kali selama tujuh tahun terakhir, kata Noy, mantan pemimpin militer dan politik itu dalam keadaan yang disebut "kesadaran minimal," tapi tidak pernah ada komunikasi verbal.
Ariel Sharon sudah menjadi pahlawan militer Israel jauh sebelum menjadi perdana menteri pada tahun 2001, dan stroke yang membuatnya lumpuh itu terjadi pada puncak kekuasaannya. Ia digantikan sebagai perdana menteri oleh Ehud Olmert.
Sharon mungkin paling diingat sebagai pemimpin alot yang tidak tanggung-tanggung bertindak untuk membela warga Israel. Dia mengawasi penarikan Israel dari Jalur Gaza pada tahun 2005.
Sebelum menjadi Perdana Menteri, dia menjabat di bawah beberapa pemimpin Israel. Dia mendukung pembangunan permukiman Yahudi di seluruh wilayah Palestina.
Perdana Menteri Israel saat ini, Benyamin Netanyahu, mengatakan ada "kesedihan mendalam" di negara Yahudi itu atas kematian Sharon. Mantan pemimpin itu, menurutnya akan hidup selamanya di dalam hati bangsa Israel.
Presiden Amerika Barack Obama dan para pemimpin dunia lainnya mengirim pesan belasungkawa kepada Israel dan keluarga Sharon. Sementara itu, warga Palestina yang menilai mantan menteri itu sebagai musuh yang menyebalkan, bersukacita atas berita kematiannya.
Pada Minggu (12/1), masyarakat akan bisa memberi penghormatan kepada Sharon di parlemen Israel, Knesset di Yerusalem. Pada Senin, upacara resmi kenegaraan akan diadakan di Knesset diikuti pemakaman di peternakan milik Sharon di wilayah Negev, Israel selatan.
Sharon adalah salah seorang tokoh paling berpengaruh dan kontroversial di Israel, baik sebagai komandan militer maupun pemimpin politik. Sebagai komandan militer, ia menuai kecaman internasional karena melancarkan serangan pembalasan terhadap kota Qibya di Yordania pada 1953.
Serangan itu menyebabkan 69 orang tewas, sebagian besar perempuan dan anak-anak. Israel melancarkan serangan itu setelah seorang perempuan dan dua anaknya dibunuh di kota Yehud. Sebagai menteri pertahanan pada 1982, ia memimpin invasi Lebanon, menyusul serangkaian serangan oleh kelompok bersenjata Palestina yang berbasis di negara itu.
Dalam invasi itu, anggota milisi Kristen Lebanon bersekutu dengan Israel, membunuh ratusan orang di kamp pengungsi Palestina di Beirut. Penyidikan pemerintah atas insiden itu menyebabkan pengunduran diri Sharon. Sebagai politisi, Sharon mengisi sebagian besar hidupnya dengan memperjuangkan Zionisme pengembangan wilayah.
Tetapi, pada 2005, ia mengejutkan dunia dan beberapa sekutu ketika memutuskan menarik semua pasukan Israel dan pemukim dari Jalur Gaza. Ia kemudian keluar dari Partai Likud dan membentuk gerakan Kadima yang berhaluan tengah, yang mengupayakan penarikan lebih lanjut dari beberapa wilayah untuk mendirikan negara Palestina yang terpisah.
Perunding dunia, termasuk Menteri Luar Negeri Amerika John Kerry, sedang berusaha membuat Israel dan Palestina menyetujui kesepakatan kerangka-kerja perdamaian yang mengarah ke solusi dua negara.