Mantan Perdana Menteri Pakistan Imran Khan hari Selasa (6/6) menuduh pemerintah melancarkan "pemerintahan teror" terhadap partainya, untuk mencegahnya dari pemilu, dan melarang media arus utama negara itu melaporkan pelanggaran terhadap para pendukungnya. Khan mencuit tuduhan itu di tengah tindakan keras terhadap partai oposisinya, Tehreek-e-Insaf, atau PTI, kekuatan politik terbesar di negara itu.
Pihak berwenang menangkap ribuan pendukung PTI, bersama dengan mantan menteri itu dan anggota parlemen, di tengah meluasnya tuduhan pelecehan dan penyiksaan terhadap para tahanan. Pemerintah Perdana Menteri Shehbaz Sharif memastikan penangkapan sekitar 5.000 orang, termasuk perempuan, terkait dengan protes kekerasan yang dipimpin PTI baru-baru ini, yang dipicu oleh penangkapan singkat Khan atas tuduhan korupsi.
BACA JUGA: Pakistan Didesak Berhenti Adili Warga Sipil di Pengadilan MiliterPuluhan tahanan diserahkan kepada tentara untuk diadili di pengadilan militer, karena dituduh menjarah instalasi pertahanan dan mural (lukisan di dinding) pada protes tanggal 9 Mei. “Karena media arus utama kini telah dibungkam sepenuhnya melalui media sosial, setiap orang harus diberi tahu tentang teror yang dilancarkan terhadap partai terbesar Pakistan, sehingga mereka dapat dicegah dari pemilu,” kata Khan di Twitter.
Polisi dan pejabat pemerintah menyangkal adanya paksaan terhadap pendukung Khan atau tuduhan pelanggaran hak. Pemimpin oposisi berusia 70 tahun itu telah lama mendominasi layar televisi di Pakistan, karena menurut jajak pendapat, ia menjadi politisi nasional paling populer dengan pidato dan aksi unjuk rasa yang terus mendapat liputan media. [ps/jm]