Mantan Wapres AS Pence ke Albania Temui Pembangkang Iran

Mantan Wapres AS Mike Pence (tengah) bersama istrinya Karen Pence (kiri), dan pemimpin Mujahidin Rakyat Iran Maryam Rajavi mengunjungi markas oposisi Iran di Albania, Kamis, 23 Juni 2022. (AP Photo/Franc Zhurda)

Mantan Wakil Presiden AS Mike Pence, Kamis (23/6) melakukan kunjungan singkat ke kamp Ashraf-3 di Albania, di mana sekitar 3.000 pembangkang Iran dari kelompok Mujahedeen-e-Khalq (MEK) berlindung.

Berbicara di kamp tersebut, Pence mengecam keras rezim Teheran karena korupsi dan kekejaman terhadap rakyat Iran.

Pence mendesak pemerintahan presiden Joe Biden agar tidak memperbarui kesepakatan nuklir dengan Iran. Ia mengatakan hal tersebut akan membuat berani pemimpin Iran, yang telah membuat miskin negara dan rakyatnya.

Pence mengatakan, “Kesepakatan yang diperbarui dengan Iran tidak akan menghalangi jalan Iran untuk membuat bom nuklir, ini akan memudahkan Iran memperkaya diri. Dan kesepakatan nuklir Iran yang diperbarui tidak akan menguntungkan rakyat Iran dengan cara apa pun. Ini hanya akan memperkuat dan memperkaya rezim yang korup, yang telah menyiksa dan menganiaya rakyat Iran selama beberapa generasi.”

Pence terbang dari kediamannya di Indiana ke Albania untuk mengunjungi kamp tersebut yang terletak di kota Manze, sekitar 30 kilometer sebelah barat ibu kota, Tirana.

Mantan Wapres AS Mike Pence di markas oposisi Iran di Albania, di mana hingga 3.000 anggota MEK tinggal di kamp Ashraf-3 di kota Manza, sekitar 30 kilometer barat Tirana, Albania, Kamis, 23 Juni , 2022. (AP/Franc Zhurda)

Pence juga mengunjungi museum kamp, yang didedikasikan bagi sekitar 120 ribu warga Iran yang tewas karena dianiaya atau dieksekusi sejak rezim Islamis berkuasa pada tahun 1979.

MEK sebagian besar berbasis di Albania tetapi grup ini mengklaim mengoperasikan jaringan di dalam Iran.

MEK didirikan sebagai kelompok Marxis yang menentang pemerintahan Syah Mohammad Reza Pahlavi untuk mendukung Revolusi Islam 1979.

Tidak lama kemudian, kelompok ini berbalik menentang pemimpin tertinggi Ayatullah Ruhollah Khomeini dan pemerintahan Islamnya, melancarkan serangkaian pembunuhan dan pengeboman di Iran.

Kelompok ini semula melarikan diri ke Irak dan mendukung diktator Saddam Hussein dalam perang delapan tahun melawan Iran pada tahun 1980-an, dan karena itulah banyak orang di Iran yang menentang kelompok tersebut. [uh/ka]