Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr, Sabtu (18/2), mengatakan penggunaan laser tipe militer oleh penjaga pantai China yang sempat membutakan pandangan beberapa awak kapal patroli Filipina di Laut Cina Selatan yang disengketakan, tidak cukup untuk membuatnya menjalin perjanjian pertahanan bersama dengan Amerika Serikat (AS).
Namun ia memperingatkan bahwa agresi China semacam itu harus dihentikan
Dalam konferensi pers, Marcos Jr. mengatakan ia telah memperingatkan Duta Besar China untuk Filipina tentang peningkatan agresi dan serangan ke perairan Filipina oleh penjaga pantai China, juga Angkatan Laut dan armada penangkap ikan sipil yang didukung pemerintah, yang jelas melanggar kesepakatan yang dibuat dengan Presiden China Xi Jinping pada bulan lalu.
“Terlepas dari kenyataan bahwa itu adalah laser tipe militer yang diarahkan ke pasukan penjaga pantai kami, saya mengira hal itu tidak cukup membuat kami menjalin Perjanjian Pertahanan Bersama,” ujar Marcos Jr. dalam sambutan publik pertama tentang insiden pada 6 Februari yang melibatkan dua kapal penjaga pantai China dan Filipina di dekat Second Thomas Shoal yang disengketakan.
Menanggapi pertanyaan wartawan, Marcos Jr. mengatakan ia khawatir langkah mengaktifkan kembali perjanjian tahun 1951 akan meningkatkan ketegangan di kawasan itu.
BACA JUGA: Presiden Marcos: “Filipina Tak akan Kehilangan Satu Inci pun” WilayahnyaMarcos Jr. bicara kepada wartawan di Baguio, kota resor di utara. Presiden Filipina itu berada di sana untuk menyampaikan pidato di hadapan para kadet dan alumnus Akademi Militer Filipina. Dalam pidatonya, dia menegaskan kembali tekadnya untuk mempertahankan wilayah negara itu di tengah pertikaian territorial baru dengan China.
Sebagaimana pendahulunya, Rodrigo Duterte, Marcos Jr. telah mengambil langkah-langka untuk memelihara hubungan persahabatan dengan Beijing. Awal bulan lalu ia melangsungkan pertemuan dengan Xi di Beijing untuk meningkatkan hubungan dan membahas sengketa teritorial di perairan yang juga diklaim oleh Vietnam, Malaysia, Taiwan dan Brunei Darussalam.
China mengklaim hampir seluruh Laut Cina Selatan, menempatkannya bertolak belakang dengan penggugat-penggugat lain, dan secara terpisah dengan AS. AS tidak mengklaim perairan yang disengketakan itu, tetapi telah mengerahkan kapal-kapal Angkatan Laut dan jet-jet tempurnya untuk berpatroli di perairan itu, sekaligus mempromosikan kebebasan bergerak dan menantang klaim teritorial China. [em/ah]