Marina Syed, 24 tahun, yang tinggal di Karachi, kota terbesar di Pakistan, selalu memiliki hasrat untuk dapat mengemudikan sepeda motor. Ia selalu memiliki kesulitan yang sama saat hendak bepergian dari rumahnya ke tempat kerja dan kampus.
Syed harus bergantung pada seseorang, terkadang kakak laki-lakinya atau ayahnya, untuk mengantarnya bepergian. Ia juga mencoba untuk menyewa pengemudi becak namun mereka tidak selalu muncul.
Ia berharap akan ada seseorang yang memulai untuk membuka sebuah sekolah mengemudi motor jadi ia dapat menyakinkan orang tuanya bahwa ia dapat mengemudikannya.
"Kemudian saya berpikir, mengapa saya harus menunggu seseorang untuk mendirikan sarana di mana perempuan dapat belajar mengemudikan sepeda motor? Mengapa tidak saya saja sendiri yang melakukannya?," jelasnya.
Itulah awal bagaimana Syed mendirikan "Rowdy Riders", sebuah sekolah mengemudi motor bagi perempuan.
Your browser doesn’t support HTML5
Putri seorang pengungsi Afghanistan yang pindah ke Pakistan pada akhir tahun 1980-an itu mengatakan, ia berupaya keras melawan tabu seputar perempuan yang mengendarai sepeda motor.
Bushra Sheikh adalah salah seorang murid barunya. Ia sedang berusaha menyempurnakan keseimbangan dan membangun rasa percaya dirinya saat mengendarai sepeda motor.
"Sangat sulit untuk bepergian antara kampus, tempat kerja dan rumah. Ada transportasi umum dan becak. Kami juga memiliki mobil pribadi, tetapi ayah tidak selalu dapat menjemput dan mengantar saya kemana saja," kata Bushra Sheikh.
Selain kesulitan bepergian, Bushra juga memiliki alasan lain untuk belajar mengemudikan sepeda motor, yaitu karena ia memang menyukainya.
"Saya juga senang naik sepeda. Saya biasa melihat setiap orang mengendarai sepeda motor, jadi untuk alasan itulah saya bertemu dengan orang-orang di sini," komentarnya.
Kini, hampir 200 perempuan telah lulus dari sekolah mengemudi motor yang didirikan Syed.
Sebagian di antaranya masih datang setiap hari Kamis sekadar untuk berkumpul dan bersosialisasi. [lj/uh]