Marinir AS Diduga Terlibat Pembunuhan di Filipina

Warga Filipina menuntut keadilan atas pembunuhan Jennifer Laude, seorang transjender berusia 26 tahun, dalam aksi di depan Kedubes AS di Manila (14/10)/

Seorang marinir Amerika diduga terlibat dalam pembunuhan brutal seorang perempuan di sebuah hotel murah di Olongapo – Filipina sepekan lalu.

Pihak berwenang Amerika kini bekerjasama dengan polisi Filipina untuk melakukan penyelidikan dan memerintahkan agar kapal induk AS, USS Peleliu tetap berlabuh di Subic Bay Freeport yang terletak sekitar 80 kilometer dari Manila barat daya hingga penyelidikan selesai.

Marinir Amerika yang diidentifikasi sebagai Joseph Scott Pemberton diduga terlibat pembunuhan Jennifer Laude – seorang transjender berusia 26 tahun yang juga dikenal sebagai Jeffrey.

Pemberton adalah satu dari ribuan personil militer Amerika dan Filipina yang sedang melakukan latihan bersama sejak awal bulan Oktober. Pemberton dan militer personil Amerika lainnya sedang cuti di Olongapo ketika mayat Laude ditemukan.

Associated Press melaporkan polisi dan beberapa saksi di Filipina mengatakan Laude bertemu Pemberton di Ambyanz – sebuah klub malam di Olongapo – tanggal 11 Oktober malam. Mereka meninggalkan klub itu dan menyewa sebuah kamar hotel yang letaknya tidak terlalu jauh.

Sekitar 30 menit kemudian Pemberton keluar kamar hotel dengan pintu terbuka. Seorang pembersih ruangan yang curiga memasuki kamar itu dan menemukan mayat Laude yang sebagian dibungkus kain seprei, di dalam kamar mandi. Menurut Kepala Polisi Olongapo Gil Domingo, kepala Laude tampaknya dibenamkan kedalam WC di kamar mandi itu.

Dua sahabat Laude yang bersamanya di klub malam itu mengidentifikasi Pemberton sebagai orang yang terakhir kali bersama Laude, demikian pula pembersih ruangan hotel yang melihat Pemberton di kelab malam dan kemudian di hotel murah itu. Pemeriksaan DNA sedang dilakukan terhadap dua kondom yang ditemukan di kamar mandi.

Ditemani beberapa polisi lokal, keluarga Laude menyampaikan gugatan pembunuhan hari Rabu (15/10) terhadap Pemberton di Olongapo. Pihak berwenang di Filipina hari Jumat (17/10) menyampaikan gugatan itu kepada Kedutaan Besar Amerika di Manila dan meminta kehadiran Pemberton dan empat marinir lain yang dinilai bisa menjadi saksi ke kantor kejaksaan Olongapo hari Selasa (21/10) mendatang, untuk menjalani penyelidikan pendahuluan. Jaksa kelak akan menentukan apakah cukup bukti untuk melanjutkan gugatan itu ke pengadilan.

Kedutaan Besar Amerika di Filipina hari Minggu (19/10) mengatakan tim jaksa telah bertemu dengan keempat saksi dan kini tergantung pada tergugat – Joseph Scott Pemberton – apakah akan hadir dimuka hakim hari Selasa (21,10) nanti. Berdasarkan undang-undang setempat, dalam sidang pendahuluan Pemberton bisa diwakili oleh kuasa hukumnya, tetapi ketidakhadirannya bisa semakin memicu kecaman terkait ketidakmampuan pemerintah Filipina untuk menahan Pemberton.

Pembunuhan Laude ini memang telah memicu kemarahan publik di Filipina dan menghidupkan kembali perdebatan tentang keberadaan militer Amerika di negara yang dinilai sebagai sekutu utama Amerika di Asia Tenggara.

Filipina menandatangani perjanjian baru dengan Amerika bulan April lalu yang mengijinkan miltier Amerika masuk ke kamp-kamp militer Filipina, yang merupakan bagian dari kebijakan Amerika “berpaling ke Asia” untuk mengimbangi kebangkitan China.