Bagi banyak orang Amerika, malam Tahun Baru dipusatkan pada Kongres Amerika untuk mengatasi apa yang disebut “fiscal cliff” atau “jurang fiskal”, kenaikan pajak dan pemotongan anggaran pengeluaran besar-besaran.
WASHINGTON DC —
Tetapi kemacetan dalam Kongres menimbulkan jurang lainnya, di lorong-lorong di toko bahan pangan Amerika.
Sejak zaman Great Depression atau Depresi Hebat dalam tahun-tahun 1930-an, Kongres Amerika membuat undang-undang untuk menstabilkan persediaan pangan dan mengupayakan agar para petani yang kewalahan bisa tetap menjalankan usahanya. Kongres mestinya menyusun kembali undang-undang itu kira-kira lima tahun sekali. Tetapi undang-undang tersebut telah habis masa berlakunya dan para anggota Kongres belum mengesahkan undang-undang baru, kata Mary Kay Thatcher, seorang pelobi bagi organisasi petani terbesar, American Farm Bureau Federation.
“Yang terjadi kalau undang-undang itu habis masa berlakunya adalah kembali pada yang disebut “undang-undang permanen”, yaitu undang-undang yang disusun tahun 1930-an dan 1940-an, ungkap Thatcher.
Berdasarkan undang-undang tahun 1940-an itu, pemerintah Amerika akan membeli susu dari para petani atau peternak dengan harga kira-kira dua kali lipat harga yang sekarang, sehingga harga untuk konsumen juga akan melonjak.
Thatcher mengatakan, Departemen Pertanian Amerika atau USDA, akan memerlukan waktu beberapa pekan untuk melaksanakan kebijakan itu. Katanya, dia berharap masalah itu akan selesai pada waktunya, karena apa yang disebut “dairy cliff” atau “jurang produk susu” baru merupakan permulaan. Program-program yang mendukung produk pertanian lain juga akan kembali pada kebijakan tahun-tahun 1940-an itu.
“Jurang berikutnya mungkin akan terdapat dalam produksi gandum, karena kira-kira pada bulan Maret, Departemen Pertanian Amerika akan menetapkan harga gandum yang baru,” ungkap Thatcher.
Bukan hanya itu yang diperkirakan akan terjadi dengan habis masa berlakunya Undang-Undang Pertanian, kata Roger Johnson, Kepala Organisasi Petani terkemuka lain, yaitu National Farmers Union. Ia mengatakan, “Program-program energi yang dapat diperbarui sudah tidak ada lagi. Sejumlah program konservasi pertanian dan peternakan telah lenyap. Subsidi bagi para petani dan peternak baru juga hilang, seperti juga program bantuan kalau terjadi bencana”
Alasan utama adanya program-program bantuan pangan adalah untuk kaum miskin. Ini antara lain program gizi yang merupakan 80 persen dari pengeluaran dalam Undang-Undang Pertanian.
Jumlah terbesar yang mencapai rekor adalah orang Amerika yang menggunakan program bantuan, yang dikenal dengan nama Food Stamp atau kupon makanan. Tetapi kalau terjadi defisit, program itu menjadi sasaran pemotongan anggaran pengeluaran, kata Thatcher.
Tetapi para pengritik mengatakan undang-undang itu juga mencakup subsidi bagi para petani yang jumlahnya sangat berlebihan.
Sejak zaman Great Depression atau Depresi Hebat dalam tahun-tahun 1930-an, Kongres Amerika membuat undang-undang untuk menstabilkan persediaan pangan dan mengupayakan agar para petani yang kewalahan bisa tetap menjalankan usahanya. Kongres mestinya menyusun kembali undang-undang itu kira-kira lima tahun sekali. Tetapi undang-undang tersebut telah habis masa berlakunya dan para anggota Kongres belum mengesahkan undang-undang baru, kata Mary Kay Thatcher, seorang pelobi bagi organisasi petani terbesar, American Farm Bureau Federation.
“Yang terjadi kalau undang-undang itu habis masa berlakunya adalah kembali pada yang disebut “undang-undang permanen”, yaitu undang-undang yang disusun tahun 1930-an dan 1940-an, ungkap Thatcher.
Berdasarkan undang-undang tahun 1940-an itu, pemerintah Amerika akan membeli susu dari para petani atau peternak dengan harga kira-kira dua kali lipat harga yang sekarang, sehingga harga untuk konsumen juga akan melonjak.
Thatcher mengatakan, Departemen Pertanian Amerika atau USDA, akan memerlukan waktu beberapa pekan untuk melaksanakan kebijakan itu. Katanya, dia berharap masalah itu akan selesai pada waktunya, karena apa yang disebut “dairy cliff” atau “jurang produk susu” baru merupakan permulaan. Program-program yang mendukung produk pertanian lain juga akan kembali pada kebijakan tahun-tahun 1940-an itu.
“Jurang berikutnya mungkin akan terdapat dalam produksi gandum, karena kira-kira pada bulan Maret, Departemen Pertanian Amerika akan menetapkan harga gandum yang baru,” ungkap Thatcher.
Bukan hanya itu yang diperkirakan akan terjadi dengan habis masa berlakunya Undang-Undang Pertanian, kata Roger Johnson, Kepala Organisasi Petani terkemuka lain, yaitu National Farmers Union. Ia mengatakan, “Program-program energi yang dapat diperbarui sudah tidak ada lagi. Sejumlah program konservasi pertanian dan peternakan telah lenyap. Subsidi bagi para petani dan peternak baru juga hilang, seperti juga program bantuan kalau terjadi bencana”
Alasan utama adanya program-program bantuan pangan adalah untuk kaum miskin. Ini antara lain program gizi yang merupakan 80 persen dari pengeluaran dalam Undang-Undang Pertanian.
Jumlah terbesar yang mencapai rekor adalah orang Amerika yang menggunakan program bantuan, yang dikenal dengan nama Food Stamp atau kupon makanan. Tetapi kalau terjadi defisit, program itu menjadi sasaran pemotongan anggaran pengeluaran, kata Thatcher.
Tetapi para pengritik mengatakan undang-undang itu juga mencakup subsidi bagi para petani yang jumlahnya sangat berlebihan.