Putra Mary Ciametti, Christian, yang berumur 20 tahun meninggal karena keracunan minuman keras pada 2015.
“Anak saya itu meninggal di rumah sakit setelah ia minum banyak minuman beralkohol dalam waktu singkat,” kata Mary Ciametti.
Tiap tahun di Amerika, lebih dari 1.800 mahasiswa yang berusia antara 18-24 tahun, meninggal karena kecelakaan yang terkait konsumsi minuman keras, termasuk tabrakan kendaraan bermotor, kata laporan National Survey on Drug Use and Health.
BACA JUGA: Studi: China, India Dorong Konsumsi Minuman Beralkohol DuniaKalau ditanya pada mahasiswa kenapa mereka minum minuman beralkohol, jawaban mereka pada umumnya adalah karena stres menghadapi tuntutan belajar yang ketat.
“Bagi banyak mahasiswa, penyebabnya adalah stres. Mahasiswa umumnya suka bekerja keras dalam belajar, dan juga suka bersenang-senang setelah itu," kata Samantha MacAlister, seorang mahasiswa di American University.
"Setelah sibuk belajar di sekolah dan mendapat angka baik, mereka ingin bersenang-senang dan pergi ke bar, atau kerumah kawan dimana mereka akan minum minuman beralkohol,” papar MacAlister.
Tapi para pakar mengatakan mengkonsumsi minuman keras tidak menghilangkan stres.
“Itu persepsi yang keliru. Banyak siswa mengatakan minum alkohol akan menghilangkan stress. Tapi hasil berbagai studi justru menunjukkan bahwa minuman keras justru meningkatkan stres dalam kehidupan mereka,” kata Molly Mitchell dari John Hopkins’ Bloomberg School of Public Health.
Karena itu Mitchell mendesak supaya perguruan tinggi menjalankan kebijakan konsumsi minuman beralkohol yang lebih ketat.
”Kami mendesak perguruan tinggi supaya menjalankan kebijakan untuk mengurangi akses pada minuman beralkohol, yang pada gilirannya akan mengirim pesan pada mahasiswa bahwa minuman keras dan khususnya konsumsi minuman beralkohol secara berlebihan bukan lah bagian dari kehidupan mahasiswa yang baik,” ujar Mitchell.
BACA JUGA: Produsen Anggur Perancis Khawatir akan Ancaman Tarif AmerikaMary Ciametti, yang putranya meninggal karena kebanyakan minum minuman alkohol itu, kini menjalankan sebuah organisasi nirlaba Wellness Foundation. Katanya:
“Kalau ada orang bertanya pada saya, apa yang sebaiknya dilakukan, saya akan mengatakan, pergilah ke kamar mereka, baik di rumah atau di asrama, dan periksalah apa saja yang ada dalam kamar itu,” kata Mary.
Kata Mary Ciametti, kalau saja ia bisa memutar kembali waktu, ia akan melakukan apapun supaya putranya Christian tidak perlu meninggal pada usia semuda itu. Tapi faktanya, kini sudah terlambat. [ii]