Masjid di Jerman Gelar “Iftar To Go”

Relawan Turki Goecen Muelayim (kiri) dan Ural Hasan, dari layanan pengiriman makanan "Iftar To Go" di masjid Ditib, Wuppertal, jerman, menyiapkan pengiriman makanan mereka untuk lansia Muslim dan non-Muslim yang membutuhkan selama Ramadan di tengah pandemi COVID-19. (Foto: dok)

Ramadan kembali berlangsung saat Jerman masih didera pandemi COVID-19. Negara itu, saat ini, bahkan masih memberlakukan lockdown sebagian. Namun, itu tak menghalangi niat sebuah komunitas Muslim di Wuppertal, Jerman, untuk membantu mereka yang kesulitan selama bulan suci itu.

Banyak restoran tutup, orang-orang dilarang berkumpul, dan ada pembatasan bergerak setelah jam tertentu. Semua itu membuat kegiatan berbuka puasa, atau iftar, sulit bagi banyak Muslim di Jerman.

Komunitas Muslim di masjid Ditib di Wuppertal, Jerman, berusaha mengatasi masalah ini dengan menyelenggarakan program “Iftar To Go”, yang pada intinya menyediakan makanan malam siap santap gratis bagi siapa saja, tak hanya Muslim, selama Ramadan.

Relawan Turki Ural Hasan, 55, dari layanan pengiriman makanan buka puasa "Iftar To Go", membagikan makanan kepada seorang wanita Muslim yang membutuhkan selama Ramadan, di tengah pandemi COVID-19 di Wuppertal, Jerman 29 April 2020.

Program ini pernah digelar tahun lalu, dan banyak mendapat sambutan. Tahun ini, menurut panitianya, permintaannya lebih besar karena pandemi telah mengakibatkan semakin banyak orang mengalami kesulitan finansial.

Mustafa Temizer adalah ketua panitia "Iftar To Go". “Ini edisi baru dari tahun lalu. Tahun lalu kami memulainya pertama kali karena adanya pembatasan terkait wabah virus corona. Tahun ini kami juga banyak mendapat permintaan, bahkan harus menambah jumlah makanan. Orang-orang yang bersedia menyumbangkan uang mengatakan, mereka akan dengan senang hati mendukung program ini. Jadi, ketika kami menyadari bahwa pandemi belum berakhir, kami memutuskan sejak awal untuk melanjutkannya," jelasnya.

Relawan Turki Goecen Muelayim, 55, (kiri) dan Ural Hasan, 55, dari layanan pengiriman makanan buka puasa, membagikan makanan kepada seorang perempuan Muslim yang membutuhkan dan anaknya selama Ramadan di tengah pandemi COVID-19 di Wupperta, Jerman. (Foto: dok).

Bagi komunitas Muslim di Wuppertal, atau Jerman pada umumnya, mencari makanan untuk berbuka puasa pada saat ini tidaklah mudah. Pandemi menghalangi mereka ke luar rumah karena adanya peraturan jam malam. Selepas pukul 7 malam waktu setempat, mereka dilarang berkeliaran di luar rumah, meski matahari baru akan terbenam atau saat azan magrib dikumandangkan, satu jam kemudian.

Komunitas Muslim ini tidak hanya menyediakan layanan ambil, tapi layanan antar makanan. Panitia menyediakan petugas yang siap mengirim makanan ke keluarga-keluarga yang membutuhkan sepanjang mereka memesannya terlebih dahulu.

Your browser doesn’t support HTML5

Masjid di Jerman Gelar “Iftar To Go”

Pada tahun ini mereka berencana akan membagikan 12.000 paket makanan selama 30 hari ke depan, 2.000 lebih banyak daripada tahun 2020. Paket makanan itu dapat diambil di bekas pom bensin di seberang masjid Ditib atau bagi mereka yang tidak dapat keluar, atau memilih tidak ke luar rumah, makanan mereka dapat diantar oleh salah seorang sukarelawan.

Temizer mengatakan setengah dari jumlah paket makanan yang diantar umumnya untuk mereka yang sudah lanjut usia dan berhalangan datang. Ia menegaskan, makanan yang mereka sediakan tidak hanya untuk warga Muslim.

Sukarelawan Turki dari layanan pengiriman makanan "Iftar to go", Ural Hasan, 55, membagikan makanan kepada seorang perempuan Muslim Bangladesh pencari suaka untuk dirinya dan keluarganya, termasuk dua anak kecil, selama Ramadan di tengah pandemi COVID-19 di Wuppertal, Jerman. (Foto: dok).

"Jika Anda membutuhkan atau jika Anda hanya ingin mendapatkan pengiriman makan iftar, itu sudah cukup. Kami tidak mempersoalkan kewarganegaraan, kami tidak mempersoalkan agama, kami hanya meletakkan makanan di depan pintu rumah Anda dan pergi," kata Temizer.

Warga Muslim, seperti Hassan Moustafa, menyambut uluran tangan komunitas Muslim di masjid di Ditib. "Sangat praktis bagi saya. Hanya mengambil makanan. Saya menghemat waktu karena tidak harus menyiapkannya di rumah. Praktis sekali," komentarnya. [ab/uh]