Maskapai Penerbangan Terpaksa Terbang Lebih Jauh Akibat Penutupan Wilayah Udara Niger

Sejumlah penumpang tampak mengantre di luar Bandara Internasional Diori Hamani di Niamey, Niger, pada 2 Agustus 2023. (Foto: AFP/Handout/Ministry for Europe and Foreign Affairs (MEAE))

Maskapai penerbangan Eropa, pada Senin (7/8), melaporkan sejumlah gangguan dan menangguhkan sejumlah penerbangan yang melintasi benua Afrika setelah junta Niger menutup wilayah udaranya pada Minggu (6/8).

Junta Niger, pada Senin, juga bersiap untuk menghadapi tanggapan dari blok regional Afrika Barat setelah pihaknya mengabaikan tenggat waktu yang diberikan untuk mengangkat kembali presidennya yang digulingkan. Blok regional Afrika Barat mengancam akan melakukan intervensi militer jika junta mengabaikan permintaan tersebut.

Gangguan tersebut menambah gangguan di wilayah udara Afrika yang tengah menghadapi pergolakan geopolitik, termasuk di wilayah Libya dan Sudan, dengan beberapa penerbangan terpaksa terbang memutar hingga 1.000 kilometer.

"Penutupan wilayah udara Niger secara dramatis memperluas wilayah di mana sebagian besar penerbangan komersial antara Eropa dan Afrika bagian selatan tidak bisa terbang," kata layanan pelacakan FlightRadar24 dalam blog mereka.

BACA JUGA: Uni Emirat Arab Kirim Kendaraan Militer ke Chad

Perusahaan penerbangan Air France telah menangguhkan penerbangan ke dan dari Ouagadougou di Burkina Faso dan Bamako di Mali hingga 11 Agustus, kata perusahaan itu pada Senin, dengan waktu penerbangan yang lebih lama tampaknya akan terjadi pada penerbangan yang melintasi wilayah Afrika Barat.

Seorang juru bicara menambahkan bahwa Air France mengantispasi waktu penerbangan yang lebih lama dari penerbangan di bandara hub sub-Sahara. Penerbangan antara bandara Charles de Gaulle di Paris dan Accra di Ghana diputuskan untuk beroperasi tanpa henti.

Analis penerbangan James Halstead mengatakan para maskapai harus mencari rute alternatif dan gangguan yang timbul tidak akan terlalu besar melihat kecilnya jumlah penerbangan di Afrika.

"Saya tidak yakin apakah ini gangguan yang besar ... hal ini tentuk akan berdampak pada rute dari Eropa menuju Nigeria dan Afrika Selatan dan kemungkinan pada rute dari wilayah Teluk Etiopia ke Afrika Barat," ujarnya. [my/jm/rs]