Bagi waria seperti Mama Atha, wabah COVID-19 telah memukul keras keluarga dan komunitasnya. “Untuk ke teman-teman sendiri berdampaknya cukup miris. Kalau istilah kita horor deh pokoknya,” jelasnya.
Transpuan di Kampung Duri, Jakarta Barat, ini menjelaskan, rata-rata waria bekerja di salon, menata rias, atau mengamen. Namun, semua pekerjaan itu tidak bisa dilakukan menyusul anjuran untuk diam di rumah dan jaga jarak fisik.
Keresahan Mama Atha yang ia tuangkan di Facebook pun menggerakkan hati Rikky Muchammad Fajar, koordinator Teater Seroja di mana Mama Atha bergabung.
Awalnya Rikky ingin memberikan sembako bagi Mama Atha saja. “Tapi pas besoknya aku mau kirim, oh iya nggak cuma dia doang, ada banyak juga teman-teman waria dan kerabat-kerabat di sana yang pasti butuh,” kisah Rikky kepada VOA.
Rikky menceritakan, dia menyaksikan banyak waria kehilangan pendapatan. Tempat kerja mereka banyak yang tutup selama wabah.
“Akan diberhentikan dulu sampai (wabah) selesai. Akhirnya bener kejadian. Dan pas tanggal 24 Maret kemarin itu adalah momen di mana satu minggu mereka berhenti bersama, nggak ada penghasilan sama sekali,” jelas Rikky.
Bersama Queer Language Club, Teater Seroja mengumpulkan donasi dari jaringan kelompok minoritas seksual serta organisasi pendamping. Tak disangka, sebanyak 81 individu dan tiga organisasi menyalurkan bantuannya pada akhir Maret.
“Dalam tiga hari, kami mendapatkan dana sebesar Rp33.440.000 dan berbagai barang lain, mencakup sekitar lebih dari 58 kg beras, 20 kaleng sarden, 80 pak vitamin C, paket sayur dan bahan makanan lain, serta sebagainya,” jelasnya.
Mama Atha Masak untuk 70 Waria
Mama Atha pun menyambut dengan suka cita. Dia membuka dapur di depan rumahnya, memasak puluhan porsi makan siang dan makan malam bagi waria. Dia dibantu dua kakak, dua keponakan, dan anak asuhnya.
“Atas nama teman-teman, ngucapin terimakasih banyak. Karena secara ga langsung aku, mpok mpok aku, dan anak-anak yang bantuin aku juga bisa makan. Tadinya kami memang sudah putus asa,” ujarnya yang dikenal juga sebagai Bu Pandan.
Awalnya, Mama Atha memasak untuk 30 orang, lalu bertambah jadi 70-an orang. Makanan didistribusikan ke waria dan kerabatnya di Kampung Duri dan Kali Anyar, Tambora, Jakarta Barat.
“Biaya yang dikasih ini gimana ya, kadang ya udah aku manfaatin yang ada aja dulu. Kayak kemarin ada yang kasih dencis satu lusin, ya udah tadi aku masak dulu,” ujarnya mengisahkan kesibukan tiap hari.
Your browser doesn’t support HTML5
“Terus entar malem bikin nasi goreng, katanya ada yang mau kirim telur. Ya udah untuk nutup ini dulu, aku belanja dulu telur, telur yang dikirim bisa untuk besok,” tambahnya.
Dana yang dikumpulkan diperkirakan cukup untuk dua pekan. Mama Atha menyatakan komunitas waria sangat terbantu.
“Sangat-sangat berterima kasih atas nama teman-teman semua rekan-rekan waria. Terutama rekan-rekan yang benar-benar membutuhkan, sangat-sangat berterimakasih…” ujar Mama Atha berulang kali.
Waria Lebih Rentan
Saat distribusi makanan, terkadang ada warga setempat yang cemburu, ujar Rikky. Namun waria punya posisi lebih rentan.
Kanzha Vina dari Koalisi Crisis Response Mechanism (CRM) menjelaskan, komunitas waria atau transpuan sangatlah rentan. Sebab mayoritas dari mereka bekerja di jalan dan sebagai penyedia jasa.
“Rata-rata mereka tidak memiliki penghasilan tetap. Itu berpengaruh kepada kesiapan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan pangan selama masa COVID-19 ini,” ujarnya kepada VOA.
Kanzha, yang memimpin organisasi Sanggar SWARA, menyatakan asesmen cepat yang lembaganya lakukan menunjukkan, lebih dari 640 transpuan di Jabodetabek kehilangan pekerjaannya.
Sementara itu, tambah Kanzha, banyak waria yang tidak memiliki KTP. Akibatnya, mereka sering tidak terdata dalam penyaluran bantuan.
“Bisa dipastikan bantuan dari pemerintah akan sulit mereka akses,” tambahnya.
Kanzha mengatakan, bantuan dari masyarakat belum begitu banyak. Karenanya Koalisi CRM juga melakukan penggalangan dana untuk membantu waria memenuhi kebutuhan pokok. Sumbangan senilai 45 juta Rupiah berhasil dikumpulkan, dan 36 juta Rupiah telah disalurkan kepada hampir 300 waria.
“Juga membuka akses bagi semua orang untuk membantu dan berdonasi kepada kelompok transpuan di Jabodetabek dan sekitarnya,” pungkasnya.
Penggalangan dana serupa dilakukan untuk membantu waria di Bali, Yogyakarta, dan Medan. [rt/em]