Mata-mata Israel Kembali ke Negaranya setelah Dipenjara 30 Tahun di AS

Jonathan Pollard, mantan mata-mata Israel di AS

Jonathan Pollard, yang telah menjalani hukuman penjara selama 30 tahun karena menjadi mata-mata bagi Israel, tiba di Israel Rabu pagi (30/12) bersama istrinya. Segera setelah keluar dari pesawat terbang dan menjejakkan kaki di negara itu, Pollard mencium tanah. Kepulangannya mengakhiri masalah selama puluhan tahun yang menimbulkan ketegangan di antara kedua sekutu dekat itu sejak lama.

Effi Lahav, kepala kelompok aktivis yang mengkampanyekan pembebasan Pollard dari penjara mengatakan “pagi ini sangat bermakna dan bersejarah. Ini sebenarnya akhir dari kegiatan selama lebih dari 35 tahun. Akhirnya beberapa jam lalu Pollard tiba di Israel. Ketika Pollard dan istrinya Esther berjalan keluar dari pesawat dan membungkuk, sementara Perdana Menteri Israel menatap nanar ketika Pollard mencium tanah. Inilah saat yang saya nantikan, harapkan dan doakan, dan upayakan selama bertahun-tahun ini. Saatnya telah tiba.”

Jadi Mata-Mata Israel Ketika Bekerja di Pentagon

Pollard adalah seorang analis intelijen sipil di Angkatan Laut Amerika yang menjual rahasia militer pada Israel ketika bekerja di Pentagon tahun 1980an. Ia ditangkap tahun 1985 setelah gagal mendapatkan suaka politik di Kedutaan Besar Israel di Washington DC, dan mengaku bersalah.

Pollard dijatuhi hukuman seumur hidup dan pejabat-pejabat pertahanan dan intelijen Amerika telah secara konsisten menolak pembebasannya.

Jonathan Pollard dan istrinya, Esther dalam perjalan pulang ke Israel.

Tetapi setelah menjalani hukuman selama 30 tahun di penjara federal, ia dibebaskan pada 20 November 2015 dan dikenai pembebasan bersyarat selama lima tahun, yang berakhir November lalu. Hal ini memuluskan niatnya untuk meninggalkan Amerika.

Pollard tiba dengan pesawat pribadi yang disediakan oleh raja kasino Amerika Sheldon Adelson, miliuner pendukung Netanyahu dan juga Presiden Amerika Donald Trump.

Lahav mengatakan kedatangannya sedianya dilakukan secara rahasia, karena “lebih baik merahasiakannya.” “Kami tidak ingin menentang siapapun... yang pasti tidak ingin menentang Amerika,” ujarnya. [em/jm]