Untuk pertama kalinya sejak 2002, Euro dan dolar mencapai nilai hampir sama pekan ini, mengakhiri periode panjang di mana Euro menjadi mata uang yang lebih kuat.
Puncaknya terjadi pada tahun 2008, ketika satu euro bernilai satu dolar 60 sen, awal tahun ini nilai Euro masih berkisar satu dolar 15 sen. Hal ini tergantung pada berbagai faktor, dimulai dari reaksi bank sentral terhadap kenaikan inflasi, peristiwa di luar negeri seperti perang di Ukraina, dan prospek ekonomi AS dan Zona Euro.
BACA JUGA: Uni Eropa Siap Hapus Rintangan Terakhir bagi Kroasia Masuk Zona EuroEkonom Jerman dan Direktur Pusat Studi Kebijakan Eropa, Daniel Gros mengatakan, "Tetapi dolar yang kuat berarti juga peluang ekspor untuk negara-negara lain, dan itu akan membantu kami untuk mengimbangi harga minyak yang lebih tinggi dalam beberapa tahun. Zona euro selalu menyesuaikan keadaan ini: pertama kami harus membayar untuk harga minyak dan gas yang lebih tinggi, neraca eksternal kami akan defisit, tetapi setelah beberapa waktu ekspor kami meningkat dan kemudian kami juga menciptakan lebih banyak lapangan pekerjaan dan akibatnya penyesuaian akan terjadi."
Secara umum, penguatan dolar dan melemahnya euro dinilai sebagai tanda pesimisme terhadap ekonomi Uni Eropa, dan kepercayaan yang relatif baik terhadap ekonomi AS. [ps/jm]