Nilai tukar mata uang Iran terhadap dolar AS anjlok ke level terendah baru pada Sabtu (21/1) di tengah meningkatnya isolasi negara itu dan kemungkinan sanksi Uni Eropa (UE) terhadap Garda Revolusi Teheran atau beberapa anggotanya.
Hubungan UE dan Teheran memburuk dalam beberapa bulan terakhir akibat upaya menghidupkan kembali perundingan nuklir, mandek. Iran telah menahan beberapa warga negara Eropa, dan blok itu makin kritis terhadap tindak kekerasan kepada para pengunjuk rasa dan penerapan hukuman mati.
UE tengah mempertimbangkan sanksi putaran keempat terhadap Iran, dan sumber-sumber diplomatik mengatakan bahwa anggota-anggota Garda Revolusi Iran akan ditambahkan ke dalam daftar sanksi UE pekan depan. Namun beberapa negara anggota UE ingin melangkah lebih jauh dan menggolongkan kelompok itu sebagai organisasi teroris.
Di pasar tidak resmi di Iran, satu dolar dijual 447.000 rial Iran pada Sabtu, melonjak dari 430.500 rial sehari sebelumnya, menurut situs valuta asing Bonbast.com.
Nilai tukar Rial telah merosot sebesar 29% sejak gelombang unjuk rasa nasional menyusul kematian Mahsa Amini. Perempuan Kurdi berusia 22 tahun itu meninggal dalam tahanan polisi pada 16 September tahun lalu.
Kerusuhan yang menyusul setelahnya menjadi salah satu tantangan terbesar negara teokratis Iran sejak terjadinya Revolusi Islam pada 1979.
Situs ekonomi Ecoiran menyalahkan “konsensus global” yang terang-terangan menentang Iran atas semakin jatuhnya nilai rial.
“Meningkatnya tekanan politik, seperti menempatkan Garda Revolusi dalam daftar organisasi teroris dan memberlakukan pembatasan pada kapal-kapal dan kapal tanker minyak yang terkait dengan Iran.. merupakan faktor-faktor yang menunjukkan konsensus global untuk menentang Iran, (yang mungkin memengaruhi) tingkat nilai tukar dolar di Teheran,” kata Ecoiran.
Parlemen Eropa menyerukan kepada UE pada Rabu (18/1) agar menggolongkan Garda Revolusi Iran sebagai kelompok teroris, menuding korps militer yang kuat itu atas penindasan demonstran dan pengiriman pesawat nirawak ke Rusia. Majelis pada akhirnya tidak dapat memaksa UE untuk menambahkan pasukan Iran tersebut ke dalam daftar kelompok teroris. Namun, pernyataan itu mengirimkan pesan politik yang jelas kepada Teheran.
Gubernur Bank Sentral Iran Mohammad Reza Farzin pada Sabtu (21/1) menuding “operasi psikologis” sebagai penyebab merosotnya nilai tukar rial. Teheran menyebut operasi itu diatur oleh musuh-musuhnya untuk mengacaukan Republik Islam Iran.
Menghadapi laju inflasi yang mencapai 50%, warga Iran berusaha membeli dolar, mata uang kuat lainnya atau emas untuk mengamankan tabungan mereka. [rd/ft]