Mau Impor Migas, Gandum dan Logam Rusia? Parlemen: Bayar dengan Rubel!

Ilustrasi sebuah pipa gas alam yang berada di atas uang kertas Rubel Rusia, 23 Maret 2022.(Foto: Reuters/Daoo Ruvic)

Anggota parlemen utama Rusia memperingatkan Uni Eropa pada Rabu (30/3) bahwa jika blok tersebut menginginkan gas alam Rusia maka mereka harus membayar dalam bentuk mata uang rubel. Ia juga memperingatkan bahwa ekspor minyak, biji-bijian, logam, pupuk, batu bara, dan kayu dari Rusia juga dapat segera dilakukan dengan cara yang sama.

Setelah negara-negara Barat memberlakukan sanksi sebagai tanggapan atas invasi Ukraina, Presiden Vladimir Putin menuntut agar gas alam yang diekspor ke Eropa atau Amerika Serikat harus dibayar dalam mata uang negaranya. Sanksi-sanksi Barat melumpuhkan roda-roda perekonomian Rusia.

Seorang karyawan menghitung uang kertas rubel Rusia di sebuah toko pribadi kecil yang menjual peralatan rumah tangga di Krasnoyarsk, 26 Desember 2014. (Foto: Reuters)

Eropa mengimpor sekitar 40 persen kebutuhan gasnya dari Rusia dan membayar sebagian besar perdagangan tersebut dalam mata uang euro. Benua hijau itu mengatakan perusahaan gas raksasa yang dikendalikan pemerintah Rusia, Gazprom, tidak berhak memperbaharui kontrak-kontrak yang sudah disepakati sebelumnya. Kelompok negara G7 pada minggu ini menolak tuntutan Moskow untuk membayar impor gas dalam rubel.

“Politisi Eropa perlu menghentikan dialog, berhenti mencoba mencari pembenaran tentang mengapa mereka tidak dapat membayar dalam rubel,” Vyacheslav Volodin, ketua majelis rendah parlemen, mengatakan dalam sebuah unggahan di Telegram, sebagaimana dikutip dari Reuters. "Jika Anda ingin gas, carilah rubel."

BACA JUGA: G7 Tolak Permintaan Rusia untuk Bayar Gas dalam Rubel 

"Selain itu, akan tepat, di mana itu bermanfaat bagi negara kami, untuk memperluas daftar produk ekspor dengan harga rubel dengan memasukkan: pupuk, biji-bijian, minyak pangan, minyak, batu bara, logam, kayu, dll."

Belum jelas apakah langkah tersebut dapat menjadi kebijakan resmi pemerintah Rusia, meskipun Putin, ketika mengumumkan keputusan penggunaan rubel untuk pembelian gas alam, mengatakan kebijakan itu hanya awal dari proses.

Para pejabat Rusia telah berulang kali mengatakan upaya negara-negara Barat untuk mengisolasi salah satu produsen sumber daya alam terbesar di dunia itu adalah tindakan yang merugikan diri sendiri dan tidak rasional. Hal tersebut ditengarai juga akan menyebabkan melonjaknya harga bagi konsumen dan menyebabkan ekonomi Eropa dan Amerika Serikat mengalami resesi.

BACA JUGA: Rusia Ingatkan Barat: Tagihan Gas dalam Rubel Tinggal Menghitung Hari

Rusia mengatakan sanksi Barat, dan khususnya pembekuan sekitar $300 miliar cadangan bank sentral Rusia, sama dengan deklarasi perang ekonomi.

Putin mengatakan pembekuan cadangan bank sentral adalah kesalahan pada pihak Barat dalam menjalankan kewajibannya kepada Rusia yang akan merusak kepercayaan pada dolar AS dan euro.

"Melalui sanksi ini, melalui upaya Anda untuk mengisolasi kami, Anda telah mengisolasi diri Anda sendiri," kata Volodin.

"Mereka telah melakukan segala yang mereka bisa untuk merusak kepercayaan pada dolar AS dan euro sehingga Rusia sekarang menolak untuk menetap di mata uang ini," katanya. [ah/rs]