Mayat Anak Migran di Pantai Turki Diidentifikasi

Abdullah Kurdi, anak dari Aylan Kurdi yang berusia tiga tahun, menangis saat meninggalkan kamar mayat di Mugla, Turki (3/9). (Reuters/Murad Sezer)

Aylan, kakaknya yang berusia lima tahun dan ibu mereka termasuk di antara 12 warga Suriah yang tewas saat kapal mereka terbalik setelah meninggalkan Turki menuju Yunani.

Bocah lelaki Suriah berusia tiga tahun, yang mayatnya ditemukan di pantai Turki, hari Kamis (3/9) diketahui bernama Aylan Kurdi.

Foto Aylan yang sangat memilukan, mengenakan kaos merah dan sepatu kets, telungkup dengan wajah diterpa ombak, dimuat di halaman depan surat-surat kabar di seluruh dunia dan di media sosial. Ini membuat Aylan segera terkenal dan menjadi gambaran krisis pengungsi akibat perang di Suriah.

Aylan, kakaknya yang berusia lima tahun dan ibu mereka berasal dari Kobani. Mereka termasuk di antara 12 warga Suriah yang tewas sewaktu kapal mereka tenggelam setelah meninggalkan Turki menuju pulau Kos di Yunani.

Ayah Aylan, Abdullah, selamat. Ia sulit berkata-kata sewaktu memperlihatkan foto-foto anak-anaknya hari Kamis – mereka tampak riang, tersenyum, dan berpose bersama mainan mereka. Ia mengatakan kepada wartawan bahwa seluruh impiannya telah hancur.

Krisis Migran di Eropa

Ratusan ribu migran dari Suriah, Afghanistan dan Irak mengambil langkah nekad sejak Januari lalu untuk mencapai Uni Eropa, dalam upaya melarikan diri dari perang dan kemiskinan guna mencari keselamatan dan peluang.

Yunani dan Italia telah menjadi tempat-tempat persinggahan pertama bagi kebanyakan migran setelah mereka melakukan perjalanan berbahaya melintasi Laut Tengah. Tetapi masih banyak yang belum menemukan tempat berlindung setelah tiba di Eropa.

Polisi Hungaria berkelahi dengan ratusan migran yang menolak keluar kereta yang penuh sesak dalam perjalanan ke Austria hari Kamis. Banyak yang mengatakan mereka tidak ingin dimasukkan ke kamp para migran. Sebagian melompat keluar kereta dan berbaring di rel, sementara yang lainnya berusaha melarikan diri.

Para pemimpin Perancis, Jerman dan Italia hari Kamis mengatakan harus ada distribusi pengungsi yang adil di berbagai penjuru Uni Eropa.

Ketua Parlemen Eropa, Martin Schulz mengatakan negara-negara anggota Uni Eropa, dengan populasi total 500 juta orang lebih, dapat menampung sejumlah besar pengungsi tanpa masalah, asalkan mereka tidak terpusat hanya di beberapa negara. Uni Eropa yang beranggotakan 28 negara berencana mengadakan pembicaraan darurat mengenai pengungsi pada 14 September mendatang.